Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Fokus Perbaiki Ekonomi, Bukan Menyalahkan Tembakau Penyebab Kemiskinan

Kamis, 07 Januari 2016 – 16:08 WIB
Fokus Perbaiki Ekonomi, Bukan Menyalahkan Tembakau Penyebab Kemiskinan - JPNN.COM
Fokus Perbaiki Ekonomi, Bukan Menyalahkan Tembakau Penyebab Kemiskinan. Foto JPNN.com

jpnn.com - JPNN.com JAKARTA - Ekonom Enny Sri Hartati mengatakan ada pembiasan terhadap temuan Badan Pusat Statistik (BPS) terkait dengan tembakau. Menurutnya, kebiasaan merokok bukanlah faktor utama penyebab meningkatnya angka kemiskinan.

"Jadi rokok bukan penyebab kemiskinan, bahwa terjadi kenaikan persentasi pengeluaran memang iya sehingga terkesan seolah olah harga rokok tinggi jadi penyebab kemiskinan. Tetapi analisis BPS tidak lengkap," ujar Enny saat berbincang dengan wartawan, Kamis (7/1).

Penyataan ini disampaikan Eny menyikapi temuan Badan Pusat Statistik (BPS) telah melansir bahwa rokok merupakan penyumbang terbesar angka kemiskinan di Indonesia lantaran sebagian masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan kuat untuk membeli rokok.

Temun ini pun ditanggapi Wakil Presiden Jusuf Kalla. Pria yang karib disapa JK itu mengatakan, di saat angka kemiskinan naik dan perusahaan rokok untung besar sehingga disebut termasuk kategori lampu merah sehingga perlu dibatasi peredaran rokok.

Enny menjelaskan, faktor penyebab utama dari naiknya angka kemiskinan lebih karena ketidakmampuan pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan formal dan juga banyaknya pemutusan hubungan kerja yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir.

Struktur pendapatan masyarakat penghasilan menengah ke bawah, miskin ke rentan miskin, memang tujuh puluh persen untuk konsumsi makanan dan nonmakanan mencapai 30 persen.

Ketika porsi terbesar makanan terjadi kenaikan harga, sementara 10 persen digunakan untuk membeli rokok, maka memang bobot pengeluaran kelompok itu jadi tinggi. Namun, itu hanya persentase dan tidak jadi faktor tunggal.

Wanita yang juga direktur eksekutif Institute National Development and Financial (Indef) mengemukakan bahwa, secara umum, masih tingginya persentase kemiskinan itu lebih karena adanya kenaikan harga-harga kebutuhan pokok yang memang belum bisa dikendalikan oleh pemerintah sehingga mereka yang berada di kelompok rentan miskin bisa dengan mudah masuk ke kategori miskin.

JPNN.com JAKARTA - Ekonom Enny Sri Hartati mengatakan ada pembiasan terhadap temuan Badan Pusat Statistik (BPS) terkait dengan tembakau. Menurutnya,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close