Fransiskus, Penumpang Helikopter itu Cerita sambil Menangis
Dengan kondisi mata yang masih memerah dan suara yang terbata-bata, Frans mengatakan, Minggu (11/10) sekitar pukul 11.25 WIB, dirinya bersama empat rekannya keluar dari helikopter karena engineer sudah membuka seluruh pintu darurat.
"Semua melompat dari heli, tetapi saya masih tetap di helikopter untuk mencari alat penyelamat badan tetapi saya tidak menemukannya. Karena heli sudah semakin tenggelam dan air mulai memasuki badan heli maka saya putuskan juga keluar dari heli," ungkapnya.
Cerita Frans tiba-tiba terputus seolah akan mencoba mengingat kejadian yang dialaminya tersebut. Hingga sekitar 20 menit keluar dari heli Frans dan empat rekannya masih teriak-teriak meminta tolong.
"Dari kejauhan kami melihat ada sebuah benda yang mirip dengan kepal. Kami berenang menuju benda tersebut namun setelah mendekat benda itu ternyata hanya tumpukan eceng gondok," tambahnya.
Dengan mata berlinang dan sebentar berhenti dari ceritanya, Frans kemudian mengatakan, setelah melihat jam tangannya, sekitar pukul 18.30WIB, dirinya tidak lagi melihat Capt. Teguh Mulyatno (pilot) dan Hari Poerwantono (teknisi).
"Pukul setengah enam saya tidak melihat lagi pilot dan engineer. Tidak berselang lama, teman saya Nurhayanto juga tidak kelihatan," jelasnya dengan suara yang semakin kecil.
Hingga minggu malam, Frans masih bersama dengan Nurhayanto dan Giyanto. Tetapi kemudian Nurhayanto juga tidak tampak lagi. Sehingga minggu malam, dirinya (Frans) bersama Giyanto yang tertinggal.
"Tidak ada pelampung yang kami gunakan. Eceng gondok itu kami buat ke dalam baju karena malam hari air semakin tinggi. Kami tetap mengusahakan agar posisi kepala selalu lebih tinggi dari air. Besok paginya, Senin (12/10), Gyanto juga tidak tampak lagi," ungkapnya dengan mata berlinang.