Gajah Mufarraqah
Oleh: Dahlan IskanLebih sebulan lalu mereka meninggalkan habitat asal di dekat perbatasan Myanmar. Menuju Utara. Terus ke Utara.
Siaran live itu berubah menjadi menegangkan ketika 15 gajah tersebut mendekati area perkampungan penduduk. Kian dekat. Tambah dekat. Ada kekhawatiran: jangan-jangan mereka akan mengamuk di kampung itu.
Berdasar siaran pergerakan itu pemerintah memberi tahu penduduk kampung. Terutama kampung yang jadi sasaran kabilah gajah. Mereka diminta mengungsi. Mereka dilarang mengganggu. Apalagi melawan. Gajah adalah salah satu binatang yang membahayakan.
Sebagian penduduk mengungsi. Sebagian lagi tetap di rumah. Tetap bertani. Kampung itu di pegunungan. Di pinggir hutan. Kalau harus mengungsi jaraknya dengan kampung sebelah cukup jauh. Juga naik turun gunung.
Rombongan gajah itu akhirnya benar-benar memasuki kampung. Petani setempat tidak takut. Mereka justru menyiapkan makanan untuk gajah: nanas, jagung, dan sayuran.
Banyak sekali nanas di kawasan itu. Saya pernah melihat potensi nanas di kawasan dekat perbatasan Myanmar itu. Di Kabupaten Xi Shuang Banna –wilayah paling Selatan provinsi Yunnan, Tiongkok. Ada pabrik jus nanas di situ.
Di kampung itu tidak terjadi apa-apa. Tidak ada gajah mengamuk. Mereka merasa sudah sangat kenyang.
Saya ingat rombongan Bonek ke Jakarta dulu. Yang mengamuk karena lapar. Mereka tidur nyenyak di di perjalanan berikutnya karena disediakan nasi bungkus yang cukup.