Gara-Gara Risma, Parpol di Surabaya Terbelah
SURABAYA - Kedatangan Jaklovers (Jakarta Love Risma) ke Surabaya Senin lalu (1/8) membuat suasana perpolitikan di kota Pahlawan itu cukup panas. Meski Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini belum memberikan jawaban atas dukungan itu banyak pihak yang memintanya menolak tawaran itu.
Kemarin sejumlah parpol juga ikut merespons kabar tersebut. Tak terkecuali, perwakilan mereka yang duduk di kursi legislatif DPRD Surabaya. Ada 10 parpol di DPRD Surabaya yang membentuk delapan fraksi.
Lima parpol dengan tegas menginginkan Risma tetap di Surabaya. Mereka adalah Partai Gerindra, Demokrat, Golkar, Hanura, dan Nasdem. Partai yang tidak keberatan Risma menjadi lawan Ahok adalah PAN, PKS, PPP, dan PKB.
Ketua Fraksi Gerindra DPRD Surabaya Sutadi menjelaskan, Risma memang membutuhkan wadah kinerja yang lebih besar. Namun, dia menilai saat ini belum waktunya. Sebab, Risma masih dibutuhkan dalam pembangunan Surabaya.
"Kenapa sih mesti ke Jakarta?" ujar anggota komisi D itu.
Hal senada diungkapkan Wakil Ketua DPRD Surabaya Ratih Retnowati. Dia meminta Risma menepati janjinya saat kampanye. Sebab, selama ini visi-misi wali kota kelahiran Kediri itu belum sepenuhnya terlaksana.
Banyak proyek yang memerlukan sentuhan Risma. "Proyek trem, underpass, park and ride, dan lainnya. Banyak yang belum tuntas. Jangan ditinggalkan. Kasihan masyarakat Surabaya," ujar Ratih.
Ketua DPD Golkar Surabaya Blegur Prijanggono juga memastikan bahwa partainya tetap berharap Risma memimpin Kota Pahlawan. Senada dengan Ratih, dia menilai Risma lebih dibutuhkan masyarakat Surabaya ketimbang ikut bertarung di pilkada DKI.
"Golkar tetap konsisten. Partai kami menginginkan Risma tetap di Surabaya, sesuai janjinya saat terpilih," tegas mantan anggota DPRD Surabaya itu.
Ketua DPC Hanura Wisnu Wardhana bahkan menyatakan bahwa pilgub DKI bukan tempat untuk Risma. Dia menilai pamor Risma sangat besar sehingga bisa mencalonkan sebagai presiden. Untuk saat ini, dia berharap Risma tetap fokus di Surabaya. "Pamor dia lebih hebat dibanding Pak Jokowi," ujar mantan ketua DPC Demokrat Surabaya itu.
Dari Partai Nasdem, Vinsensius Awey menyatakan bahwa pertarungan politik di DKI bisa mengorbankan daerah lain. Bukan hanya Risma, pemimpin daerah lain, seperti Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, diseret-seret masuk dalam peta politik ibu kota negara itu. "Justru kalau pemerintah di daerah dipimpin orang hebat, Indonesia akan terselamatkan," papar anggota komisi C tersebut. (sal/bri/c6/fat/flo/jpnn)