Gedung Putih: Taliban Tidak Pantas Dihormati
jpnn.com, WASHINGTON DC - Negara-negara asing menyambut susunan pemerintahan baru di Afghanistan dengan hati-hati dan cemas pada Rabu (8/9) setelah Taliban menunjuk tokoh-tokoh veteran garis keras ke posisi teratas, termasuk beberapa tokoh yang diincar untuk ditangkap Amerika.
Ketika para menteri yang baru diangkat dan wakil-wakil mereka mulai bekerja setelah mereka ditunjuk Selasa (7/9) malam, penjabat Perdana Menteri Mohammad Hasan Akhund mendesak mantan pejabat yang melarikan diri dari Afghanistan untuk kembali, dengan mengatakan keselamatan mereka akan dijamin.
"Kami telah menderita kerugian besar untuk momen bersejarah ini dan era pertumpahan darah di Afghanistan telah berakhir," katanya kepada Al Jazeera.
Puluhan ribu orang pergi setelah Taliban merebut kekuasaan pada pertengahan Agustus menyusul kampanye militer kilat, banyak dari mereka para profesional yang takut akan pembalasan karena hubungan mereka dengan pemerintah yang didukung Barat.
Di Kabul, lusinan perempuan turun ke jalan lagi untuk menuntut perwakilan dalam pemerintahan baru dan agar hak-hak mereka dilindungi.
Secara lebih luas, orang-orang mendesak para pemimpin untuk menghidupkan kembali ekonomi Afghanistan, yang menghadapi inflasi yang tajam, kekurangan pangan yang diperburuk oleh kekeringan dan kemungkinan pemotongan bantuan internasional karena negara-negara menjauhkan diri dari Taliban.
Amerika Serikat menggarisbawahi kewaspadaannya pada Rabu. "Ini adalah kabinet sementara," kata juru bicara Gedung Putih Jen Psaki kepada wartawan.
"Tidak seorang pun dalam pemerintahan ini, baik presiden maupun siapa pun di tim keamanan nasional, akan menyarankan bahwa Taliban dihormati dan dihargai sebagai anggota komunitas global."