Gegara Dua Kebijakan Ini, PSSI Dinilai Memusuhi Suporter
"Dan harga tiket ini bukti juga bahwa diperuntukkan untuk mencari untung dan mengabaikan bagaimana situasi di dalam stadion nanti. Siapa nanti membela Timnas? Suporter yang membela Timnas ini benar-benar terabaikan," ungkap Indro.
PSTI mengaku sudah mencoba berkomunikasi kepada PSSI terkait persoalan ini. Namun, sejauh ini tak mendapatkan respons positif. Padahal, suporter senantiasa loyal mendukung Timnas di manapun berada, tanpa pamrih.
"Sebenarnya selama ini kita selalu mengikuti perjuangan dari Timnas ya, di manapun kita selalu akan berusaha datang, tapi kan dengan tiket yang harga segitu, sudah dapat keuntungan besar, tapi kita juga diabaikan," tandasnya.
"Kita tetap mau bayar kok, tapi kita butuh link untuk mendapatkan tiket anggota kita," imbuhnya.
Sementara itu, Bendahara Umum PSTI Brian Matthew menyatakan tindakan tersebut menunjukkan PSSI hanya menjadikan suporter sebagai komoditas bisnis, dan tidak menjadikan suporter sebagai bagian stakeholder sepak bola.
"Saya melihat keputusan yang dilakukan PSSI hanya menjadikan suporter menjadi obyek yang dipakai sebagai komoditas bisnis bukan menjadi bagian dari stakeholder sepak bola Indonesia," imbuh Brian yang juga menjabat Wakil Rektor II Universitas 17 Agustus 1945 (UTA '45) Jakarta ini.
Dewan Pembina PSTI Parto Bangun menambahkan, pelarangan suporter away adalah bukti ketidakmampuan PSSI mengelola kompetisi dan industri sepak bola.
"Pelarangan itu jelas menunjukan ketidakmampuan PSSI mengelola kompetisi dan industri sepakbola. Sementara pertandingan melawan Argentina murni untuk bisnis dan pencitraan Ketua Umum-nya Erick Thohir, karena pertandingan ini tidak melibatkan suporter sebagai pemain ke-12," tandas Parto.