Geger Bisnis Tes PCR, Anak Buah Ungkap Kronologis Keterlibatan Luhut Binsar
jpnn.com, JAKARTA - Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Kemaritiman dan Investasi (Marves) Septian Hario Seto membeberkan kronologis keterlibatan Luhut Binsar dalam penyediaan tes PCR.
"Saya akan cerita dari awal, sehingga teman-teman bisa memahami perspektif mendesaknya kita akan kebutuhan tes PCR yang terjangkau dalam pandemi ini," ungkap Seto saat dikonfirmasi JPNN.com, di Jakarta, Senin (8/11).
Seto mengatakan penyediaan alat tes PCR dimulai pada Maret 2020, saat-saat pertama kali Covid-19 menyerang Indonesia. Pada saat itu Seto dan istrinya mendapatkan fasilitas PCR dengan harga yang sangat mahal.
"Kalau tidak salah mencapai kisaran Rp 5-7 juta untuk satu orang. Hasilnya dijanjikan tiga hari, namun setelah lima hari baru keluar," kata Seto.
Berkat kejadian itu, lanjut Seto, diketahui bahwa kapasitas tes PCR tanah air sangat terbatas.
Seto menilai banyak orang harus menunggu berhari-hari untuk mengetahui status kesehatan mereka. Pasien pun akan terlambat ditangani dan merenggut korban nyawa yang jauh lebih banyak.
"Tanpa berfikir panjang, saya lapor ke Pak Luhut situasi yang ada pada waktu itu. Saya sampaikan, kita harus bantu soal test PCR ini. Kalau mengandalkan anggaran pemerintah, akan butuh waktu lama untuk bisa menambah kapasitas PCR ini," beber Seto.
Menurut dia, pengadaan dari pemerintah akan butuh proses birokrasi mulai dari proses penganggaran, tender, sampai pembayaran.