Gelar Sastra Religi Mantra Bumi
jpnn.com - JOGJAKARTA - Pusat Studi Kebudayaan UGM menggelar Perhelatan Sastra Religi Mantra Bumi di Omah Kecebong kawasan Desa Wisata Sendari Tirtoadi Mlati Sleman akhir pekan kemarin. UGM bekerja sama dengan Jaring Budaya Yogyakarta dan didukung penuh Omah Kecebong.
Menurut Ketua Panpel Wahjudi Djaja, acara dilaksanakan untuk menyadarkan kembali peran manusia sebagai pembangun peradaban.
“Seperti kata penyair legendaris WS. Rendra, kesadaran adalah matahari. Kita menyadarkan bahwa peran-peran kemanusiaan dan kebersamaan antar manusia dan manusia dengan bumi harus terus diperbarui,” kata Wahjudi.
Mantra Bumi merupakan antologi puisi karya Aprinus Salam, Kepala Pusat Studi Kebudayaan UGM yang diterbitkan dalam rangka memperingati kelahirannya yang menginjak 51 tahun.
Baginya, ada semacam getaran halus yang meminta ia menulis puisi. Lalu, jadilah puisi yang disebut sebagai para mantra. Sementara itu, Hasan Setyo Prayogo selaku pengagas Omah Kecebong menjelaskan, acara ini sesuai dengan tujuan dalam membangun Omah Kecebong sebagai tempat untuk pelestarian budaya. Selama ini, penggagas selalu terlibat memberi dukungan untuk berbagai acara yang melibatkan seniman, sastrawan, dan budayawan dari Yogyakarta dan sekitarnya. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya, saat berkunjung ke Omah Kecebong.
“Omah Kecebong harus dikembangkan dan menjadi perhatian karena telah menjadi tempat untuk melestarikan budaya serta upaya untuk menyejahterakan masyarakat disekitarnya,” ujarnya.
Beberapa tokoh yang tampil di antaranya, GKRAy. Adipati Paku Alam X, R. Iman Budhi Santosa, Tegoeh Ranusastra, R. Bambang Nursinggih dengan Paguyuban Sekar Pangawikan, Daladi Ahmad, Bambang Eka Prasetya, serta Daru Maheldaswara.
Selain itu, ada juga Bambang Darto, Like Suyanto, Wadie Maharief, Ana Ratri, Umi Kulsum, Savitri Damayanti, Indah Hijriana, Indah Ardiana, Krishna Miharja, Syam Candra, BudhiWiryawan, Maria Widy Aryani, dan Bram Makahekum.