Geliat Jajanan Maksiat di Kota Kembang, Tinggal Tunjuk
"Dulu sih memakai wewangian, tetapi karena rata-rata pengunjung sudah punya istri, jadi mereka yang minta creamnya tidak memakai wewangian," ungkap Sarah.
Setelah beberapa saat merasakan sensasi “digelitik” jari-jari nan lentik itu, dengan sedikit kerlingan mata penuh arti, Sarah lalu menawarkan dua bentuk layanan pijat; “Pijat Sehat” atau “Boddy Massage”.
Setiap tamu sudah maklum dengan kedua istilah itu. “Kalau menawarkan pijat sehat, itu artinya bagian-bagian vital laki-laki dipijat hingga tuntas,” ujar Rudi, (bukan nama sebenarnya) salah seorang langganan tempat itu, saat berbincang di ruang tunggu lounge.
“Kalau boddy massage, itu artinya, dipijat oleh tubuhnya yang tanpa busana, menempel dan bergerak-gerak di tubuh pelanggan. Selanjutnya ya terserah,” tambahnya, sambil terkekeh.
Di tempat lain di kawasan Jalan Asia Afrika, hal yang sama ditemukan oleh siapapun yang memang ingin mencari ‘nikmat’ di tempat spa dan massage.
Dari album foto, dipilih Keukeu (bukan nama sebenarnya). Berusia 27 tahun, dia baru 5 bulan bekerja di situ. Jam kerjanya sejak sore hingga lewat dini hari.
“Sehari rata-rata saya layani 3 sampai 4 orang tamu. Ada yang baik tapi ada juga yang sombong. Yah gimana lagi atuh da butuh," ujar perempuan yang mengaku tinggal di Cimahi.
Keukeu mengaku, penghasilannya maksimal Rp 2,7 juta, tergantung jumlah tamu yang dilayani. Tak ada gaji pokok. Sekali melayani tamu, ia menerima honor Rp 18 ribu sampai Rp 20 ribu.