GenPI NTB Akan Gelar Pasar Pancingan di Lombok
jpnn.com, LOMBOK - Pasar Karetan yang didesain anak-anak muda GenPI Jateng terus bergulir. Bahkan menjadi model bagi komunitas Generasi Pesona Indonesia dari daerah lain. Yang sudah bersiap-siap diluncurkan adalah Mataram, Lombok, NTB.
“Namanya Pasar Pancingan. Namanya saja sudah pancingan, pasti berkaitan dengan pemancingan, kolam dan ikan yang menjadi salah satu daya tarik atraksinya. Pasti seru,” kata Jhe Ipul Ketua GenPI Lombok Sumbawa, yang pekan ini berencana ke Pasar Karetan, Boja, Kendal.
Lalu kapan? Di mana? Apa kreatifnya? “Tunggu tanggal mainnya ya! Yang pasti, harus Instagrammable, banyak spot selfie, aneka macam kuliner, tempat yang asyik, alami, dan banyak edukasi,” jelas Jhe. Ikut terus infonya di Instagram @GenPILombokSumbawa dan @GenPINTB di twitter.
GenPI NTB adalah komunitas Generasi Pesona Indonesia pertama yang dulu dibentuk untuk mempopularkan Wisata Halal atau Family Tourism di NTB. Sampai-sampai selama 2 thn Lombok memborong banyak penghargaan dari World Halal Tourism Awards.
Pasar tiap Minggu seperti inj juga akan dibuat Tepian Sungai Musi, di Bantul Jogjakarta, Aceh, Bandung, Padang, dan banyak destinasi lain untuk mendukung pariwisata. GenPI NTB juga sudah banyak pengalaman dalam membuat events seperti kuliner, blogger camping, famtrip, media partner dan lainnya.
Yang pasti, lanjut Jhe, pasar pancingan itu akan berhasil juga berkolaborasi dengan prinsip Pentahelix, ABCGM. Academician, Business, Community, Government, dan Media. “Kami adalah community dan media sosial. Pemprov NTB juga hampir pasti setuju,, tinggal menggandeng pelaku bisnis dan intelektual kampus,” ungkapnya.
Koordinator GenPI Nasional Mansyur Ebo menambahkan, ada banyak kreasi pasar yang sedang dipersiapkan. Semua berbasis pada atraksi pariwisata, untuk memperkuat daya tarik dan daya saing destinasi. “Kami selalu menggabungkan nature alam, culture atau budaya dan dikombinasi dengan manmade,” kata Mansyur Ebo.
Pasaran adalah bentuk kopi darat atau offline komunitas netizen dan masyarakat umum yang tematik. Anak muda zaman “now” tidak mau yang biasa-biasa saja. Semua harus punya cerita, asyik di foto, dan kreatif. “Mereka maunya berlama-lama nongkrong, seperti di cafe, asal jaringan telekomunikasinya bagus,” kata dia.