Gerakan Bela Negara itu Revolusioner dan Perlu Didukung, Jika...
jpnn.com - JAKARTA - Komite Persiapan Liga Pemuda Indonesia (KP LPI) mendukung dan akan melibatkan diri dalam program bela negara yang dicanangkan pemerintah, sepanjang program itu mengusung semangat revolusioner.
Akan tetapi apabila program bela negara dan indoktrinasi atau wajib militer tersebut bertentangan dengan semangat revolusioner, berdasarkan cita-cita Revolusi Agustus 1945, LPI akan berdiri di barisan depan bersama seluruh rakyat pekerja Indonesia untuk menentang dan melawan program tersebut.
"Lebih-lebih jika program bela negara itu hanya untuk membuka peluang bagi kelangsungan hidup imperialisme, kompradorisme, kapitalisme birokrasi dan sisa feodal, kami akan tolak," tandas Ketua KP LPI, Lalu Hilman Afriandi, kepada JPNN.com, Rabu (14/10).
Menurut mantan Ketua Umum Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi ini, Perjuangan LPI tidak berseberangan dengan program bela negara. Yakni membela negara dari ancaman neokolonialisme dan imperialisme.
"Indoktrinasi bela negara hendaklah bertujuan untuk menanamkan semangat patriotisme di dalam dada setiap warga negara. Tujuannya meneruskan tradisi serta cita-cita Revolusi Agustus 1945 untuk membangun negara Indonesia yang merdeka penuh, bebas dari sisa-sisa imperialis."
Ala Bung Karno
Lalu Hilman mengisahkan perjuangan bela negara yang dilakukan pada masa pemerintahan Bung Karno. Di masa Bung Karno, kata dia, Indonesia berpengalaman memobilisasi kekuatan nasionalnya dalam menghadapi bahaya agresi imperialis.
Mulai dari Revolusi Agustus 1945, perjuangan mengambil alih perusahaan-perusahaan kapitalis monopoli asing, perjuangan pembebasan Irian Barat dari tangan kolonialisme Belanda dan terakhir perjuangan melawan proyek neokolonialis Malaysia yang mampu memobilisasi dua puluh juta sukarelawan.