Gerakan Literasi yang Dikembangkan Michelle Cukup Unik
Michelle sendiri termasuk anak muda yang beruntung karena memiliki akses dalam membaca. Itu pula yang membuatnya hobi membaca sampai saat ini. Tidak tanggung-tanggung jika libur sekolah, ia bisa menghabiskan 10 buku untuk dibaca hanya dalam sebulan.
“Kalau aku sedang sekolah, paling cuma 4 buku, tapi kalau ketika libur bisa sampai 10 buku,” imbuhnya.
Akses terhadap bacaan itu pula yang diharapkan Michelle bisa dirasakan oleh orang lain. Dengan penghasilan sampingan membuat konten, ia mulai menyalurkan hasratnya untuk membuat gerakan literasi semenjak setahun lalu.
Pemilihan tempat yang cukup unik didasarkan pada pengalamannya. Di mana ia menyadari, menunggu berobat di rumah sakit membuatnya cukup panik. Membaca buku bisa mengalihkan ketakutan tersebut. Karena itu, ia berharap anak-anak kecil yang berobat ke puskesmas juga bisa merasakan ketenangan sebelum berobat dengan dibacakan buku oleh orangtuanya.
“Puskemas kan banyak anak kecil. Ibu dan ayahnya bisa cerita ke anak-anak kecil. Itu juga bisa jadi family bonding,” ujarnya lagi.
Saat ini, sudah beberapa puskesmas di Jakarta Selatan yang mendapat sumbangan buku dari Michelle. Diantaranya adalah Puskesmas Pulo dan Puskesmas Kebayoran Baru. Targetnya sendiri, Michelle mengharapkan bisa memberi sumbangan buku ke seluruh puskesmas yang ada di Jakarta.
“Sekarang kami masih cari-cari puskesmas yang lain,” ungkapnya
Menurut peneliti Center for Indonesia Policy Studies (CIPS), Nadia Fairuza Azzahra, orang-orang yang rajin membaca dan pada akhirnya membuat gerakan biasanya memiliki lingkungan yang memang gemar membaca. Dari lingkungan tersebut, ia menjadi mengetahui bagaimana menyenangkannya membaca buku.