Getol Mengeroyok Sampah agar Labuan Bajo Tetap Indah
Itu baru sampah di darat. Sebab, di perairan Labuan Bajo pun ada sampah. Penyebabnya adalah kapal yang membuang sampah di laut. Arus laut lantas membawa sampah dari kapal itu ke Labuan Bajo dan TNK.
“Saat ini belum ada aturan untuk pengawasan pembuangan sampah kapal barang. Perlu diatur dalam perizinan kapal di Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub agar mekanisme pembuangan sampah menjadi salah satu persyaratan,” cetusnya.
Selain itu, Shana juga membeber persoalan sampah di hilir. Opsi yang ada saat ini adalah mengangkut sampah dari laut tiga desa di kawasan TNK ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Namun, hal itu membutuhkan partisipasi warga. Harapannya, warga desa mengatur pengumpulan sampah dan mengantarkannya ke pelabuhan untuk dibawa ke TPA di Labuan Bajo. “Sampah itu diharapkan dari pelabuhan bisa diangkut oleh dinas lingkungan hidup dan kehitanan ke TPA,” sebutnya.
Menurut Shana, Pemkab Manggarai Barat sudah menyatakan kesiapannya untuk mengelola sampah di Labuan Bajo dan Taman Nasional Komodo. Bahkan sudah ada satuan tugas (satgas) Peduli Sampah Manggarai Barat.
Namun, kendalanya ada pada cara mengangkut sampah dan TPA. “Kebutuhan mendesak saat ini adalah pengadaan armada pengangkutan dan TPA,” sebutnya.
Pemkab Manggarai Barat memang sudah menyediakan lahan seluas 5 hektare untuk membangun TPA. Hanya saja, sambungnya, hal itu perlu dukungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). “Terutama untuk akses jalan dan infrastrukturnya,” katanya.
Menurut Shana, sebenarnya sudah ada program pembangunan TPA Warloka. Hanya saja, alokasi anggaran pembangunannya memang untuk 2018. “Jadi bila memungkinkan memang sebaiknya dipercepat,” harapnya.