Gimana nih...Daging Mahal yang Lain Ikut Melambung
Sebaliknya, harga minyak goreng justru turun. Bukan hanya minyak curah tapi juga minyak kemasan bermerek. "Sebelumnya minyak curah itu Rp 11 ribu per kilogram. Sekarang Rp 10 ribu saja tidak sampai. Harga minyak kemasan juga mulai turun," ujarnya.
Harga daging ayam juga mengalami kenaikan cukup signifikan. Siti Mundiyah (33), pedagang ayam potong di pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, mengatakan sejak Idul Fitri berakhir, harga daging ayam tidak pernah turun. "Biasanya kan turun ya. Ini tidak stabil gitu. Tidak pernah turun setelah lebaran, malah naik," akunya saat ditemui Jawa Pos, kemarin.
Siti yang berjualan ditemani ibu kandungnya mengatakan, harga beli ayam dari distributor besar yang biasanya Rp 16 ribu sampai Rp 18 ribu per kilogram kini menjadi Rp 26 ribu sampai Rp 28 ribu per kilogram. Untuk ayam ukuran besar dengan bobot empat kilogram sampai lima kilogram, Siti menjualnya seharga Rp 140 ribu. "Modalnya kalau dihitung-hitung bisa Rp 130 ribu," Siti sambil mengipasi ayamnya dari serbuan koloni lalat.
Untuk ayam ukuran kecil dengan bobot maksimal satu kilogram, harga belinya juga Rp 28 ribu dari biasanya Rp 23 ribu sampai Rp 24 ribu. "Lha modalnya saja sudah Rp 28 ribu. Kita jualnya juga paling mahal Rp 29 ribu. Kalau lagi naik memang bisa dibilang nggak ambil untung. Kita ambil untungnya kalau pas harga murah," Siti curhat.
Yang terpenting, kata dia, dalam kondisi sekarang permintaan pelanggan tetap terpenuhi. Terlebih mayoritas pelanggannya merupakan pedagang makanan seperti rumah makan dan warung pecel ayam pecel lele.
"Kalau tidak ada ayam kan takutnya pembeli cari ke tempat lain. Untung tipis atau tidak untung tidak masalah asal jangan rugi. Asal jangan pelanggan lari," pikir perempuan asal Pekalongan, Jawa Tengah, itu.
Sementara pedagang makanan belum merasa harus menaikkan harga jual kepada pelanggan. Warteg Kharisma Bahari, warung makan cukup besar di kawasan Pondok Pinang, Jakarta Selatan, masih mematok harga jual seperti sebelumnya.
"Memang sih katanya naik. Tapi tempat kita belanja belum naik banget harganya," ucap Andri (19), salah satu pengelola Warteg itu kemarin siang.
Hal paling dirasakan saat ini olehnya adalah kelangkaan daging sapi. Sudah sejak Minggu (09/08) wartegnya menjajakan makanan minus menu daging sapi.
Pantauan Jawa Pos, warteg itu mengakalinya dengan memerbanyak menu ikan dan ayam. Menu ayam malah terdiri atas berbagai macam olahan mulai dari ayam goreng, ayam gulai, ayam tumis, sampai soto ayam. "Ya (daging sapi) susah belinya. Tidak ada di pasar sejak Minggu," keluhnya.