Golkar dan PAN Pertimbangkan Cawapres Militer
"Banyak purnawirawan TNI masuk ke partai politik dan menjadi caleg, secara organisatoris tidak ada hubungan struktural dengan institusi TNI. Namun, secara historis mereka tidak bisa dipisahkan. Setelah menjadi purnawirawan itu artinya sudah selesai menjalankan purnatugas formal dan kembali menjadi warga masyarakat sipil seperti lainnya," katanya.
Terkait banyaknya purnawirawan TNI masuk di partai dan dicalonkan dalam Pemilu nanti, atau yang sekarang digadang dalam bursa capres dan cawapres, menurut Viva, adalah hal wajar saja karena mereka menggunakan hak politiknya untuk hidup berpartai.
Partainya sendiri mengapresiasi dan senang jika ada purnawiran TNI yang dicalonkan dalam Pilpres, baik itu sebagai capres atau cawapres.
"Jika bicara militer tidak harus selalu di vis a vis dengan masyarakat sipil," katanya.
Partainya sendiri, sekarang sudah memutuskan akan memperjuangkan Hatta Radjasa, sebagai capres. Tentu, nama-nama untuk cawapres terus dicari, dikaji dan dipantau. Nama-nama mantan petinggi militer yang sekarang beredar dalam bursa adalah salah satu yang akan dipertimbangkan.
Bila suara PAN signifikan dan bisa memajukan Hatta sebagai capres, duet dengan tokoh militer adalah salah satu alternatif yang dipertimbangkan untuk dipilih. Nama-nama yang sudah beredar, seperti Pramono Edhie, Endiartono Sutarto, Djoko Santoso dan lainnya, masuk radar PAN. "Ya, kita pertimbangkan semuanya," katanya.
Terkait mulai disebutnya nama Moeldoko, Panglima TNI sekarang, Viva mengatakan, Moeldoko pasti akan lebih mementingkan tugasnya sebagai seorang Panglima. Ia yakin, Moeldoko akan lebih fokus menjaga netralitas TNI dalam pemilu nanti. Kecuali Moeldoko sudah purna tugas, adalah haknya untuk berpolitik.
"Ya jika sudah paripurna, seorang mantan Panglima TNI, pastinya punya daya tarik," ujarnya.