Grup YANG
Oleh: Dahlan Iskanjpnn.com - Saya ini seperti Anda: jadi anggota grup WA (WhatsApp). Lebih 15 grup. Saya jenis anggota yang juga seperti Anda: kurang aktif. Sering disindir kok hanya mantengi. Tidak pernah berkomentar.
Saya sendiri belum pernah minta untuk dimasukkan ke salah satu dari grup-grup itu. Tiba-tiba saja nama saya ada di situ. Sebagian memberi tahu lebih dulu. Lebih banyak yang dianggap pasti mau.
Belakangan saya gak 'kejak'. Tidak mau tambah. Kalau dituruti bisa lebih 30.
Belakangan saya langsung exit ketika muncul grup baru: sudah terlalu banyak. Kadang juga terlalu mirip.
Variasi grup yang saya ikuti itu lebar sekali. Ada yang sangat agamis. Misalnya, ada yang selalu posting 'satu hari satu hadis'. Atau memposting bahan renungan: isinya ayat-ayat Al-Qur'an. Banyak juga yang menulis agar kita lebih taat lagi beragama.
Di lain pihak saya juga diikutkan dalam grup yang tidak percaya agama. Bahkan tidak percaya Tuhan. Isinya seru sekali. Yang dibahas lebih banyak filsafat kebebasan berpikir. Juga tentang moralitas: apakah orang yang beragama moralnya pasti lebih baik. Apakah kian kelihatan beragama seseorang itu kian tinggi pula moralitasnya. Apakah yang tidak beragama tidak punya hak untuk bermoral baik.
Stop. Saya tidak boleh mengutip ulang apa yang ada di postingan grup itu. Aturan sebuah grup WA seperti aturan di sebuah keluarga. Tidak boleh mengutip isi pembicaraan di grup tanpa minta izin yang posting.
Pembicaraan di situ untuk kepentingan intern keluarga. Bukan konsumsi umum.