Gua Yakin Lo Bisa!
jpnn.com - BANGKIT Bro! Lupakan kisah sial di “Bukit Jahil” 26 Desember itu. Tak perlu diungkit lagi, kecuali problematika teknis yang menjadi wilayah Riedl. Ingat, tak pernah ada epos pahlawan hebat yang lahir tanpa pertaruhan darah dan air mata! Selalu saja ketemu masa-masa kritis, saat krisis, detik- detik bersejarah, sampai mendekati titik keputusasaan. Justeru dari situlah lahir percikan api heroisme yang sanggup memantik semangat life or die! Hidup atau mati! Kalah 0-3 dari Malaysia itu musibah besar.
Semua orang tahu, semua mencibir. Gara-gara ini, gara-gara itu. Ibarat tsunami yang menyapu hingar bingar publik bersepak bola negeri ini yang tengah mabuk sanjungan. Hukum alam selalu menemukan titik equlibriumnya. Setelah klimaks, akan ketemu antiklimaks, begitu pun sebaliknya. Semoga tragedi “laser” yang meruntuhkan konsentrasi tim itu hanyalah tangga-tangga emas menuju kesempurnaan di Gelora Bung Karno, 29 Desember besok Seperti kisah hampir semua pengusaha sukses, selalu saja pandai menangkap celah peluang sesempit apapun. Sekecil retakan rambut pun, takkan lewat dari kedipan matanya. Atau cerita saudagar hebat, yang senantiasa pintar mencium di mana letak pundi-pundi keuntungan itu bisa diraih. Profesor atau guru besar juga selalu melihat ada teori baru di tengah belantara ilmu yang terus berbiak. Olahragawan selalu menemukan peluang mencuri poin, menang dan juara, di tengah persaingan yang superketat.
:TERKAIT Striker selalu punya stok melimpah, untuk mengecoh pertahanan lawan. Selalu punya trik mencipta peluang mencetak gol. Sama dengan defender, bek, stopper dan libero, selalu punya naluri untuk mencuri bola, merampas bola, dan menghentikan terorteror bola ke kiper. Sastrawan, budayawan, selalu menemukan mutiara kata di balik aneka peristiwa. Selalu menemukan benang merah, dari semua panggung sandiwara. Itulah bedanya dengan pecundang! Manusia yang teramat risau akan kegagalan, yang hari-harinya menunggu kekalahan dan sibuk mencari-cari alasan pembenar saja. Gua nggak mau lo jadi looser. Lo bukan pecundang. Gua yakin lo bisa! Lo sudah sukses menyulap wajah sepak bola negeri ini yang penuh dengan monster, menjadi mahluk paling seksi. Lo sudah berhasil menghipnotis orang-orang yang anti bola, menjadi bola-bola mania baru yang fanatik. Lo sudah pintar menghibur publik bola dengan permainan cantik dan gol-gol indah. Lo sudah melintasi pintu alam baru, sebagai selebriti sepak bola. Tokoh baru! Itu harus punya bekal mental juara. Kestabilan emosi, tak mudah goyah diterjang kritik, tak mudah gundah dihujani sanjungan. Dua hal ibarat pembunuh berdarah dingin, bagi calon-calon selebriti baru.
Banyak yang hancur tak tahan kritik. Banyak juga yang rusak gara-gara pujian berlebihan. Ini persoalan mental. Di luar negeri, seorang selebriti sudah menyewa personal consultant. Ada yang mengatur style, ada yang merancang gaya beraksi, cara bertutur, cara menyapa fans, dan sebagainya. Konsultan itu juga mengisi intelektual sang bintang, agar up to date dengan segala persoalan yang muncul di permukaan. Agar dia bisa menjawab dengan tepat, di saat yang pas, dan proporsional. Pencitraan itu tidak hanya monopoli politisi saja. Membangun karakter dan brand image itu juga bisa dilakukan oleh pesepak bola. Kuncinya satu, dia harus tetap mengedepankan profesionalisme bermain bola. Harga diri dan harga kontrak mereka, ditentukan oleh seberapa tinggi prestasi di lapangan ditambah kecanggihan mengemas image dirinya.
Mungkin, kelak akan ada banyak manajer personal pemain bola yang akan mengurus kontrak dengan klub, mengatur transfer, skedul pemain, dan mengisi kemampuan verbal mereka dalam berkomunikasi dengan media atau publik. Nah, karena itu, saat inilah momentum yang tepat untuk menjadikan sepak bola sebagai panggung selebriti yang tidak saja bertabur sanjungan, tapi juga rupiah. Siapa yang menentukan jalan ke arah sana? Lokomotifnya tetap berada di timnas PSSI Piala AFF 2010 ini.
Jika Christian Gonzales dan kawan-kawan ini berhasil menjawab “keraguan” publik dengan membalas Malaysia, 4-0 atau 5-1 di GBK, pintu itu semakin terbuka lebar. Jangan miris, ragu, apalagi takut dengan dengan target skor itu. Ini bukan mimpi di siang bolong. Tak perlu harus mendengar kata-kata orang, untuk menjangkau target itu. Tapi, keinginan menembus target itu harus dari dalam diri tim, harus dari pemainpemainnya sendiri. Logika membangun planet selebriti sendiri itulah yang lebih penting dipahami. Hidup atau mati. Mau menjadi super star atau begini begini saja? Berharap dari setting PSSI? Berharap dari kompetisi reguler yang diputar badan Liga Indonesia? Haha… Itu belum cukup Bro! Tapi gua yakin, lo mampu! don@indopos.co.id