Gunung Anak Krakatau Erupsi Hingga Setinggi Satu Kilometer
jpnn.com, JAKARTA - Gunung Anak Krakatau yang terletak di Selat Sunda kembali erupsi pada Senin (25/6), setelah sebelumnya mengalami hal yang sama pada Kamis (21/6) lalu.
Menurut Juru Bicara BNPB Sutopo Purwo Nugroho, laporan yang diterima dari PVMBG menyebut, tinggi kolom abu pada erupsi kali ini mencapai seribu meter di atas puncak kawah atau pada ketinggian 1.305 meter di atas permukaan laut.
"Erupsi melontarkan abu vulkanik dan pasir. Erupsi tidak membahayakan penerbangan pesawat terbang. Erupsi juga tidak berbahaya selama berada di luar radius 1 km dari puncak kawah dan tidak membahayakan pelayaran di Selat Sunda," ujar Sutopo di Jakarta, Senin petang.
Meski mengalami erupsi, status Gunung Anak Krakatau, kata Sutopo, tetap waspada (level 2). Status waspada artinya aktivitas vulkanik di atas normal, sehingga terjadinya erupsi dapat terjadi kapan saja.
"Menurut laporan, erupsi Gunung Anak Krakatau hal yang biasa. Gunung ini masih aktif untuk tumbuh besar dan tinggi dengan melakukan erupsi. Gunung Anak Krakatau baru muncul dari permukaan laut pads 1927. Rata-rata tambah tinggi 4-6 meter per tahun," ucapnya.
Sutopo juga menegaskan peluang terjadi letusan besar seperti letusan Gunung Krakatau pada 1883 lalu, sangat kecil. Beberapa ahli mengatakan tidak mungkin untuk saat ini, jadi tidak perlu dikhawatirkan.
"Memang sejak 18 Juni 2018, Gunung Anak Krakatau mengalami peningkatan aktivitas vulkanik. Ada pergerakan magma ke luar permukaan sehingga terjadi erupsi. Kemudian gempa hembusan mengalami peningkatan jumlah dari rata-rata 1 kejadian per hari menjadi 69 kejadian sejak 19 Juni" katanya.
Selain itu, mulai terekam juga gempa low frekuensi sebanyak 12 kejadian per hari. Gempa Tremor menerus dengan amplitude 1 – 14 mm (dominan 4 mm). Pada 20 Juni terekam 88 kali gempa hembusan, 11 kali gempa low frekuensi dan 36 kali gempa vulkanik dangkal.