Gunung Anak Krakatau Meletus 576 Kali dalam Satu Hari
Status Gunung Anak Krakatau tetap Waspada (level II) dengan radius zona berbahaya di dalam dua kilometer. Bahkan status Waspada (level II) ini ditetapkan sejak (26/1/2012) hingga sekarang. Status Waspada artinya aktivitas vulkanik di atas normal sehingga terjadinya erupsi dapat terjadi kapan saja. "Tidak membahayakan selama masyarakat tidak melakukan aktivitasnya di dalam radius dua kilometer," ungkap Sutopo.
Menurut Sutopo, erupsi Gunung Anak Krakatau adalah hal yang biasa dan normal. Ibarat manusia, kata dia, gunung ini masih dalam pertumbuhan. Gunung akan menambah tubuhnya untuk lebih tinggi, besar, dan lebih gagah dengan cara meletus. Gunung ini masih aktif meletus untuk tumbuh besar dan tinggi dengan melakukan erupsi. "Tetapi energi letusannya tidak besar," tegasnya.
Gunung Anak Krakatau baru muncul dari permukaan laut tahun 1927. Rata-rata tambah tinggi 4-6 meter per tahun. Energi erupsi yang dikeluarkan juga tidak besar. Sangat kecil sekali peluang terjadi letusan besar seperti letusan ibunya yaitu Gunung Krakatau pada 1883. "Bahkan beberapa ahli mengatakan tidak mungkin untuk saat ini. Jadi tidak perlu dikhawatirkan," katanya.
Masyarakat diimbau tetap tenang. BPBD Provinsi Banten, BPBD Provinsi Lampung, PVMBG dan BKSDA telah melakukan langkah antisipasi. Yang penting masyarakat mematuhi rekomendasi tidak melakukan aktivitas di dalam radius 2 km dari puncak kawah. Di luar itu aman.
Justru, kata dia, sesungguhnya ini adalah peluang untuk wisata dan edukasi gunung api. Tidak semua negara memiliki gunung api. Indonesia memiliki 127 gunung api aktif. Sebanyak 13 persen gunung api aktif di dunia ada di Indonesia.
"Tinggal bagaimana kita menyikapi dan harmoni dengan alamnya. Selalu ada berkah di balik bahaya yang mengancamnya selama kita mengenali dan berada di tempat yang aman," ujarnya. "Kita bisa mengemas paket wisata letusan Gunung Anak Krakatau sekarang. Apalagi legenda letusan Gunung Krakatau begitu mendunia," tambahnya. (boy/jpnn)