Gus Jazil: Larangan Mudik untuk Melindungi Bangsa
Namun, jangan sampai kebijakan tersebut juga menjadi gejolak dalam konteks penanganannya.
”Terkadang namanya rindu itu enggak pakai aturan. Namanya kangen, cinta, itu sudah enggak ada aturan. Nanti pasti ada yang melanggar karena saking rindunya. Yang kayak begitu bagaimana cara pemaklumannya, bagaimana cara memberikan sanksinya supaya terasa adil karena Lebaran itu ada kaitannya dengan rasa rindu, dan mengatur rasa rindu itu memang sulit,” katanya.
Wakil Ketua Umum DPP PKB itu mengatakan bahwa dalam teori Islam ada kaidah dar’ul mafasid muqoddamu ala jalbil masholih, yakni menolak keburukan harus didahulukan daripada mengambil manfaat atau kemaslahatan.
”Jadi kemaslahatan mudik itu dinomorduakan, yang dinomorsatukan adalah mencegah terjadinya wabah klaster dan makin banyaknya orang yang terkena Covid-19, apalagi meninggal. Tolak dulu apa yang mendatangkan keburukan, baru berpikir mencari maslahat. Jadi istilahnya rindu ditahan dulu daripada celaka,” katanya.
Hal ini juga sejalan dengan semangat konstitusi bahwa negara harus melindungi segenap tumpah darah Indonesia. Hal itu juga sejalan dengan kerangka Pancasila untuk mendahulukan atau meninggalkan sesuatu yang buruk daripada memperoleh manfaat.
”Jadi protokol kesehatan itu adalah upaya pelindungan,” tuturnya.
Gus Jazil juga mengaku prihatin karena bagi sebagian masyarakat, seperti para pedagang, Lebaran seharusnya menjadi kesempatan untuk menjalankan roda perekonomian.
”Nah sekarang tidak ada lagi, bahkan kami saja yang di DPR untuk melakukan misalkan open house, pertemuan relawan, juga kesulitan. Padahal aktivitas inilah yang akan menggerakkan roda ekonomi. Covid-19 ini pertama menghantam sektor kesehatan yang kedua sektor ekonomi,” katanya.