Hamid Nabhan : Sekelumit Kisah Lukisan Affandi, Becak, dan Mobil Mercy
jpnn.com - Syahdan, matahari tepat berada di puncak kekuasaannya siang itu. Dibantu oleh seorang pegawainya, Usman Nabhan sibuk menata lukisan yang ada di gudang tokonya yang berada di kawasan Jalan Panggung, Surabaya.
Keringat bercucuran yang membasahi wajah serta bajunya tak dia hiraukan. Siang itu Usman tengah mencari lukisan karya sahabatnya, Affandi. ”Biasanya ada di tumpukan sini. Pokoknya harus dapat ya,” katanya pada sang pegawai.
Saat itu adalah salah satu siang di puncak musim panas di akhir tahun 1960an. Usman ngetol mencari lukisan karya Affandi karena ada kerabatnya yang tertarik memiliki. Setelah hampir dua jam mencari, akhirnya lukisan yang berukuran tak terlalu besar itu ketemu juga.
”Setelah dapat yang dicari, paman saya langsung menyuruh pegawainya untuk mencari becak,” kata Hamid Nabhan, keponakan Usman Nabhan yang mendapat cerita itu langsung dari sang paman.
Usai mandi, Usman membawa dua lukisan karya Affandi untuk diserahkan pada kerabatnya yang tinggal di daerah Tanjung Perak.
Perjalanan dari jalan Panggung ke Perak tidak terlalu jauh. Cuma panasnya cuaca membuat Usman membungkus lukisan yang sudah dipigora tadi dengan kain putih sampai tiga lembar.
”Paman saya tidak mau kualitas lukisan jadi rusak gara-gara terkena sinar matahari langsung,” kata Hamid.
Tak sia-sia Usman berkeringat mencari lukisan koleksinya. Sebab, ternyata dua lukisan yang dia bawa sudah bernilai cukup fantastis di masa itu. Bagaimana tidak, jika berangkatnya Usman menggunakan becak, saat pulang dari tempat kerabatnya, pengusaha percetakan itu sudah mengemudikan satu unit mobil Mercy hasil barter.