Hanya Tugu Cornelis Chastelein, Tak Nampak Kenduri Depokse Dag
![Hanya Tugu Cornelis Chastelein, Tak Nampak Kenduri Depokse Dag Hanya Tugu Cornelis Chastelein, Tak Nampak Kenduri Depokse Dag - JPNN.COM](https://image.jpnn.com/resize/570x380-80/arsip/watermark/2017/06/29/tugu-cornelis-chastelein-di-kawasan-depok-lama-28-juni-2017-foto-wenri-wanharjpnncom.jpg)
Penataannya menciptakan suasana tenteram, sehingga menimbulkan kenyamanan dan kepuasan. Suasana inilah yang mengilhami nama Weltevreden, nama yang kini dikenal dengan sebutan Gambir.
Dalam perjalanan hidupnya, Cornelis bertemu Chatarina van Qualberg dan menikahinya. Mereka dikaruniai seorang putra yang diberi nama Anthony Chastelein.
15 Oktober 1695, Cornelis membeli lagi sebidang tanah di daerah Sringsing (sekarang Srengseng, Lenteng Agung).
Setahun kemudian, tepatnya 18 Mei 1696, daerah Sringsing diperluas 4 pal ke arah Selatan yaitu Tanah Depok.
Untuk menggarap tanah di Depok diperlukan tenaga kerja.
Maka Chastelein membeli pekerja-pekerja yang berjumlah sekitar 150 orang dari pulau Sulawesi, Kalimantan, Bali dan Timor.
Selain bekerja, setiap malam hari para budak diberi pelajaran etika agama Kristen Protestan.
18 Mei 1696, dalam maklumat tertulisnya, Cornelis menjanjikan tanah kepada seluruh pekerjanya dan membebaskan dari perbudakan, apabila bersedia memeluk agama yang dianutnya.