Harga BBM Naik, Pengusaha Makanan Ringan Menjerit
Apa akibatnya? Para pembuat keripik memilih berhenti dulu. "Anggota yang masih bertahan hanya 45 dari 85 anggota," kata Umi yang juga aktivis perempuan itu.
Paguyuban, ungkap dia, tidak bisa berbuat apa-apa. Sebab, kenaikan bahan baku terjadi karena mekanisme pasar.
"(Paguyuban) tidak punya kekuatan," jelasnya.
Umi menggeluti usaha makanan ringan pastel sejak 2009. Dia mengaku juga merasakan dampak pelemahan rupiah dan bahan bakar.
Dia mencontohkan harga telur dan tepung terigu. Keduanya juga naik. "Kami terpukul karena kenaikan harga," tegasnya.
Saat ini, jelas Umi, bisa produksi 200 bal sebulan saja sudah baik. Satu bal sama dengan 2,5 kilogram.
"Mareka bekerja empat hari dalam seminggu," katanya. Umi pun tetap berusaha terus produksi. (yad/c20/roz/jpnn)