Harga BBM Naik: Pukulan Telak dari Dua Sisi
jpnn.com, JAKARTA - Harga BBM jenis Pertamax Series dan Dex Series mengalami kenaikan, yang mulai berlaku 1 Juli 2018, diprediksi bakal mengerek harga-harga kebutuhan lainnya.
Ekonom Insitute Development of Economic and Finance Bhima Yudistira Adhinegara memerkirakan, perekonomian akan mengalami perlambatan menyusul penyesuaian harga bahan bakar minyak. Sebab, kenaikan harga BBM diproyeksikan akan turut mengerek harga-harga lain, termasuk transportasi dan distribusi barang. Di samping itu, nilai tukar Rupiah juga sedang melemah sehingga masyarakat diprediksi akan menahan belanja.
”Yang jelas kalau kenaikan Rp 600 (kenaikan harga Pertamax, red) efeknya akan langsung pada inflasi dan administrasi price. Kalau harga energi naik, transportasi dan distribusi juga akan ikut mahal,” ujar Bhima Yudistira Adhinegara, saat dihubungi Jawa Pos, Minggu (1/7).
Ongkos distribusi yang naik, lanjut Bhima, juga akan berpotensi membuat harga produk industri makanan dan minuman terkerek naik. Jika hal tersebut terjadi dan tidak diikuti dengan kenaikan pendapatan masyarakat maka pertumbuhan konsumsi diprediksi akan melambat.
Selain kenaikan BBM, Bhima juga memprediksi bahwa sejumlah industri sedang ancang-ancang untuk menaikkan harga akibat pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar. Industri di Indonesia, lanjut Bhima, sebagian besar masih mengandalkan bahan baku impor sehingga depresiasi Rupiah akan meningkatkan harga bahan baku.
”Kita seperti dipukul dari dua sisi. Pertama dari pelemahan Rupiah dan kedua dari kenaikan harga BBM,” ujar Bhima.
Bahkan menurut Bhima, dua ”pukulan” tersebut tak hanya mengancam kalangan menengah, tapi hampir di semua kalangan mulai dari yang berpenghasilan rendah sampai menengah atas. ”Yang kalangan bawah daya belinya menurun, yang kalangan atas menahan konsumsi,” bebernya.
Pelaku usaha menyebut tak menutup kemungkinan bahwa dua faktor di atas yakni kenaikan BBM dan pelemahan Rupiah mendorong industri untuk menaikkan harga sebagai jalan terakhir.