Harga BBM Subsidi Dirancang Fluktuatif
jpnn.com - JAKARTA - Wacana untuk membenahi sistem subsidi bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia kembali bergulir. Di tengah rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM tahun ini, muncul kembali usul untuk menerapkan subsidi BBM tetap.
Usul yang diungkapkan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) itu dimaksudkan agar tidak ada lagi alokasi dana subsidi BBM yang jebol. Sekretaris BPH Migas Djoko Siswanto mengatakan, usul tersebut sebenarnya merupakan wacana dari Kementerian Keuangan.
Dalam skema yang sebetulnya tidak baru tersebut, pemerintah ingin mematok subsidi per liter. Jadi, subsidi itu tidak lagi membayar sisa dari harga yang ditetapkan pemerintah. Namun, subsidi tersebut bakal mengurangi harga pasar dengan jumlah yang disetujui. “Tentu saja kami sebagai BPH Migas harus setuju dengan keputusan pemerintah,” jelasnya kepada Jawa Pos, Kamis (3/4).
Dengan begitu, pemerintah tidak perlu lagi khawatir soal kurs dolar yang biasanya membuat anggaran bengkak. Lihat saja pada 2013, anggaran subsidi BBM yang ditetapkan Rp 200 triliun masih saja jebol. Padahal, secara volume, konsumsi subsidi di Indonesia untuk kali pertama tidak melebihi kuota 48 juta kiloliter (kl) setelah harga dinaikkan. “Kalau subsidi tetap, kan tidak perlu khawatir lagi soal anggaran,” katanya.
Soal subsidi yang ideal, dia menyatakan harus berkisar Rp 1.000-Rp 2.000 per liter. Hal tersebut sekaligus menghilangkan peluang penyalahgunaan BBM di Indonesia. Menurut dia, dengan selisih itu, oknum penggelap BBM bakal berpikir dua kali untuk melakukan aksi penimbunan. “Nanti marginnya tak cukup untuk mengambil untung. Tapi, pemerintah tetap menunaikan kewajibannya dalam memberikan subsidi,” jelasnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Chatib Basri mengungkapkan, skema subsidi tetap atau harga BBM subsidi fluktuatif adalah satu di antara beberapa opsi yang dipertimbangkan pemerintah untuk mengurangi beban subsidi. “(Kementerian) ESDM kan menyiapkan distribusi tertutup (pembatasan konsumsi, Red), kita siapkan skema subsidi tetap,” ujarnya.
Menurut Chatib, pemerintah memang masih mengkaji berapa besaran subsidi tetap per liter yang diberikan untuk BBM subsidi. Namun, dia menyebut bahwa idealnya selisih harga antara BBM subsidi dan BBM nonsubsidi adalah Rp 1.000 per liter.
Misalnya, jika harga pertamax Rp 10.000 per liter, idealnya premium Rp 9.000 per liter. “Tapi, bagaimana perhitungan teknisnya itu nanti di (kementerian) ESDM,” katanya. (bil/owi/c7/kim)