Hasil Survei: 87 Persen Mahasiswa Pilih Jurusan Tidak Sesuai Minat
jpnn.com, JAKARTA - Hasil penelitian Indonesia Career Center Network (ICCN) tahun 2017 menunjukkan, sebanyak 87 persen mahasiswa Indonesia mengakui jurusan yang diambil tidak sesuai dengan minatnya. Dan, 71,7 persen pekerja, memiliki profesi yang tidak sesuai dengan pendidikannya.
“Siswa yang salah memilih jurusan kuliah akan berdampak pada ketidakmaksimalan dalam pekerjaan sehingga yang bersangkutan tidak bisa berprestasi. Kemampuan maupun ketrampilan yang dimiliki siswa juga tidak berkembang dengan baik," kata Pemerhati Pendidikan Yohana Elizabeth Hardjadinata MBA pada peluncuran aplikasi Aku Pintar di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kamis (7/2).
Sebaliknya jika seseorang bekerja pada bidang yang diminati atau disukai, pastinya akan lebih mencintai dan bahagia dalam menjalankan pekerjaannya. Dampak selanjutnya, yang bersangkutan akan bekerja lebih giat dan punya rasa tanggung jawab yang tinggi.
Peluncuran aplikasi Aku Pintar yang dilakukan Direktur Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud Purwadi Sutanto ini disaksikan ratusan siswa SMP, SMA/SMK, para kepala sekolah, guru serta orang tua murid.
Pada kesempatan tersebut Purwadi menyampaikan, penting bagi siswa SMP dan SMA mengetahui minat dan bakatnya sehingga tidak bingung menentukan atau memilih jurusan maupun jenjang pendidikan selanjutnya. Sayangnya, pelaksaaan tes minat dan bakat, harus ke psikolog dan umumnya mahal biayanya.
"Bersyukur saat ini ada cara praktis dan sederhana untuk menentukan minat dan bakat anak. Cukup dengan mengunduh aplikasi Aku Pintar melalui handphone, niscaya membantu anak untuk mengetahui minat dan bakatnya," terangnya.
Aplikasi Aku Pintar telah dirilis sejak akhir September 2018, dikembangkan oleh sebuah perusahaan PT. Aku Pintar Indonesia digawangi oleh Luvianto Pebri Handoko, yang akrab disapa Pebri, sebagai CEO.
Aplikasi ini dibuat berdasarkan pengalaman Pebri sewaktu akan menentukan pilihan program pendidikan saat masuk bangku kuliah. Akibat dari ketidaktahuan dan ketidakmengertian akan minat dan bakatnya, Pebri memutuskan program pendidikan pilihannya hanya berdasarkan rekomendasi teman atau orangtuanya.