Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Hasto Ajak Rakyat Merenung, Apakah Jokowi dan Keluarganya Harus Dibiarkan

Minggu, 17 November 2024 – 19:07 WIB
Hasto Ajak Rakyat Merenung, Apakah Jokowi dan Keluarganya Harus Dibiarkan - JPNN.COM
Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto di Forum Demokrasi bertajuk “Selamatkan Demokrasi di Sumatera Utara” yang digelar di Kota Medan, Minggu (17/11). Foto: Source for jpnn

jpnn.com, MEDAN - Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengatakan kisah Bobby Nasution yang sampai disekolahkan pihaknya agar terlihat pantas menjadi kepala daerah. Ironisnya, Bobby belakangan justru mengkhianati pihak yang membesarkannya.

Hal itu disampaikan Hasto Kristiyanto, yang mengaku berbicara sebagai warga negara biasa, bukan dengan label jabatannya sebagai Sekjen DPP PDIP, di Forum Demokrasi bertajuk “Selamatkan Demokrasi di Sumatera Utara” yang digelar di Kota Medan, Minggu (17/11).

“Ketika mau menjadi calon, Bobby Nasution ini saya sekolahkan ke Banyuwangi, yakni kepada Abdullah Azwar Anas,” kata Hasto.

Di Sumut, Hasto mengatakan PDIP bahkan sampai mengorbankan salah seorang kader partai di Sumut. Namun belakangan, ternyata ambisi menantu Presiden ketujuh RI Joko Widodo (Jokowi) itu ternyata sangat berlebihan.

"Kami pikir karena beliau menantu presiden, ia merasa itu sudah merupakan karunia luar biasa. Tetapi ternyata keinginannya banyak sekali, maka saya sampaikan kita tidak bisa bersama lagi,” kata Hasto.

Bahkan Bobby ternyata tidak memiliki kesetiaan sama sekali dan suka berpindah-pindah partai politik. Dari PDI Perjuangan, merapat ke Golkar, lalu kemudian pindah lagi ke Gerindra.

Berbagai kerusakan demokrasi terjadi di pilkada Sumut. Menurut Hasto, mencermati berbagai kerusakan demokrasi tersebut, ternyata Letnan Jendral TNI Purnawirawan Edy Rahmayadi memiliki kesabaran tinggi. Baginya, Edy menunjukkan sikap yang ksatria karena membuktikan sikap infanterinya yang mottonya adalah hidup atau mati untuk negeri.

“Infanteri tidak pernah main belakang. Tidak pernah mengintimidasi rakyat, apalagi menilang rakyat,” kata Hasto.

Di Sumut, Hasto mengatakan PDIP bahkan sampai mengorbankan salah seorang kader partai.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News