Hatta Rajasa Memotivasi Nelayan Anyer
Pagi Ini, Bagi Ilmu dan KUR di Pelabuhan Anyerjpnn.com - SERANG – Menko Perekonomian, Hatta Rajasa bakal berbagi ilmu dengan nelayan Kampung Paku, di Pelabuhan Paku, Serang, Banten, pagi ini, Kamis (23/1). Sebagai mantan pengusaha yang sukses, pria yang lahir di Palembang, 18 Desember 1953 itu kaya akan kisah pengalaman mengelola usaha. Itulah yang akan di-share dengan para penangkap ikan yang rata-rata hidupnya masih sulit.
Ke depan, persaingan usaha akan semakin ketat dan keras. Dunia semakin sempit, dan nyaris tak berjarak. Yang tidak menguasai ilmu, pengetahuan, teknologi, informasi dan akses, mereka akan semakin terpinggirkan. Sementara, nelayan yang kesehariannya berlabuh mencari rezeki dari tangkapan ikan laut, adalah pihak yang harus memperoleh perhatian khusus.
“Mereka harus maju! Mereka harus berjuang untuk meningkatkan kesejahteraan,” ucap Hatta Rajasa, Menko Perekonomian.
Salah satu hal yang ingin disampaikan Hatta kepada nelayan adalah soal KUR, Kredit Usaha Rakyat. Di acara yang dikemas dengan sebutan “Sambung Rasa Bagi Ilmu” dengan Nelayan Pantai Paku itu, Insinyur Teknik Perminyakan ITB Bandung 1973 itu sekaligus akan memberikan secara simbolik KUR kepada beberapa nelayan.
“KUR itu tepat untuk usaha mereka, yang rata-rata UMKM. Unit Usaha Kecil dan Menengah. Mereka sudah feasible, tetapi belum bankable,” ungkap Hatta yang juga Ketua Umum DPP PAN itu.
Potensi kelautan dan perikanan di negeri ini, lanjut dia, masing sangat berbuka. Negeri ini sejak dulu dipandang sebagai Negeri Pelaut. Karena itu ada lagu yang amat popular di sekolah-sekolah: “Nenek Moyangku Seorang Pelaut.” Zaman keemasan Sriwijaya, juga dikenal sebagai bangsa pelaut. Mereka berlayar sampai ke Madagaskar di Barat dan Laut China Selatan di utara.
“Kita negeri kepulauan. Luas lautan kita lebih besar dari daratan, karena itu potensi lautan kita amat besar,” ucapnya.
Tidak salah, kalau banyak orang Indonesia yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Hanya saja, selama ini mereka masih hidup susah, karena keterbatasan berbagai hal. Perlengkapan, alat tangkap, teknologi kapal, storage, akses permodalan, akses pasar, pengolahan hasil tangkapan dan sebagainya. Belum lagi soal keterbatasan musim ombak besar, musim angin besar, yang membuat mereka tidak bisa berlayar.