Hebat! Penguatan Rupiah Terbesar di Asia Pasifik
Salah satu pemicu melemahnya USD terhadap sebagian besar mata uang global adalah rilis notulen pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) bank sentral Amerika Serikat (The Fed) pada September lalu yang dipublikasikan pada Kamis waktu AS atau Jumat dini hari waktu Indonesia.
Tiga pekan usai rapat FOMC, The Fed memang selalu merilis notulen rapatnya. Dalam catatan tersebut, The Fed mengindikasikan kemungkinan penundaan kenaikan suku bunga sembari menunggu kepastian data-data ekonomi.
Menurut Mirza, disamping didorong pergerakan pasar di mana terjadi pembalikan arus, juga ada faktor dalam negeri terutama kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah secara beruntun. Kebijakan itu di tanggapi investor asing secara positif.
Selama ini, investor-investor asing kerap mengatakan bahwa Indonesia tidak pernah serius melakukan reformasi struktural. Namun, pemodal mancanegara, menurut Mirza, mengapresiasi tiga bundel paket kebijakan ekonomi yang telah dirilis.
Penguatan yang terlalu tajam sebenarnya juga membuat investor waswas. Sebab, meskipun menguat, volatilitas yang terlalu tajam memang bisa menggoyang kredibilitas mata uang.
Menanggapi itu, Mirza meminta pelaku ekonomi tidak terlalu mengkhawatirkannya. Dia mengatakan, isu tersebut hanya berasal dari investor luar negeri yang merugi akibat penguatan rupiah yang terlalu tajam.
"Kita jangan sampai terpancing pada pertanyaan-pertanyaan dari luar seperti itu. Enggak apa-apa (penguatan tajam). Karena kan yang jelas pada waktu kita mengalami pelemahan berat kan ekonomi pasti tertekan kan, importer tertekan," tuturnya. (dee/gen/owi/sof)