Heboh Pemuda Desa Nikahi Dua Wanita Sekaligus
“Kami yang jalani hidup ini. Keluarga juga mengizinkan,” ungkap Ardi sembari tersenyum.
“Kaget juga jadi heboh seperti sekarang,” tambahnya lagi.
Tak hanya di Sumatera Selatan, ada juga penelpon dari Bandung yang menanyakan kebenaran pernikahan tersebut. “Ya, faktanya memang seperti ini. Kami saling mencintai,” tukas Ardi yang menerima wartawan Sumeks Online di ruang tamu rumahnya semipermanen dari kayu sekitar 5×4 meter persegi.
Di desanya, Ardi bukan pemuda yang tergolong kaya. Sehari-hari berprofesi sebagai petani karet. Penghasilan sekitar Rp900 ribu per bulan. Dia selama ini menjadi tulang punggung keluarga. Menghidupi ibunya Yusmiati dan keempat adiknya. Ayahnya, Asri (alm) empat tahun lalu sudah meninggal dunia.
“Sejak itu, saya yang memikul tanggung jawab keluarga. Nah, sekarang tambah dua istri,” kata pria yang tidak tamat sekolah dasar itu, sembari mengumbar senyum. Tapi, Ardi berjanji dia akan adil. Menafkahi kedua istrinya baik secara lahir maupun batin. “Kalau sehari dapat Rp10 ribu, ya terpaksa istri diberi masing-masing 3 ribu. Sisanya buat keluarga,” kata Ardi tanpa malu.
Selain soal ekonomi, Ardi juga terus terang kalau mereka berbagi tempat di tempat tinggal yang dia sebut gubuk. “Karena rumah sempit dan tamu masih ramai, jadi belum sempat malam pertama, Mas,” katanya malu-malu.
Kok nekat nikahi dua wanita sekaligus? Ditanya demikian Ardi terdiam. “Namanya jodoh,” tukasnya. Pegi dan Ria bukan wanita satu desa dan sebelum hidup satu rumah, keduanya tidak saling kenal sama sekali.
Pegi disebut kembang desa di tempat tinggalnya, Karang Anyar, Kecamatan Lawang Wetan, Muba. Dia bertemu Ardi pada 2015 lalu di sebuah pesta pernikahan warga. Saat itu, Ardi tampil dan menyumbang suara emasnya.