Hendro Anggap Pilpres Pertarungan Rakyat Vs Penguasa
Ajak Relawan Jokowi Berani Lawan Kecuranganjpnn.com - JAKARTA - Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono menyatakan bahwa pemilu presiden (pilpres) kali ini merupakan pertarungan antara elite penguasa kontra kekuatan rakyat. Hendro yang kini bergabung dengan tim pemenangan calon presiden-calon wakil presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla pun mengajak rakyat bisa menjungkalkan elite penguasa di pilpres yang digelar 9 Juli nanti.
Pernyataan Hendro itu disampaikannya saat berbicara pada acara konsolidasi organisasi relawan Kawan Jokowi, di Jakarta, Sabtu (7/6). Menurutnya, pilpres kali ini bisa menjadi pertarungan asimetrik ketika kekuatan yang didukung modal besar dan elite-elite penguasa tak otomatis menang.
Hendro mengatakan, kubu capres yang didukungnya bisa memenangi pilpres karena dukungan rakyat yang penuh semangat. “Yang kecil bisa menang, yang tidak punya duit bisa menang. Karena modal kita adalah semangat," kata Hendro dalam acara konsolidasi organisasi relawan Kawan Jokowi, di Jakarta, Sabtu (7/6). Hadir pula dalam kesempatan itu Ketua Tim Pemenangan Jokowi-JK, Tjahjo Kumolo.
Lebih lanjut Hendro mengatakan, semangat rakyat itu bisa digunakan untuk menangkal penggunaan aparat negara demi memenangkan pasangan calon tertentu. Salah satu contohnya adalah kabar Bintara Pembina Desa (Babinsa) TNI yang dikerahkan untuk mendata warga dan menggiring pilihan di pilpres
Hendro memprediksikan upaya-upaya untuk mencurangi kubu Jokowi-JK akan semakin kuat. Karenanya ia menganggap pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Panglima TNI Jenderal Moeldoko maupun kepala staf angkatan bahwa TNI netral hanya bersifat menghibur saja.
Hendro bahkan menganggap pernyataan normatif SBY maupun Panglima TNI tidak memecahkan masalah. “Kalau mau memecahkan masalah, tunjukkan siapa yang berbuat itu, di mana, bagaimana, dan mengapa," tegasnya.
Hendro pun menyarankan warga yang melihat adanya kecurangan untuk mencatat, mendokumentasikannya dan mengecek identitas pelakunya. “Jadi kita tak hanya melapor ke polisi. Kita harus gagah berani menunjukkan bukti kecurangan," lanjutnya.(ara/jpnn)