Heru Sutadi: Semua Unicorn Mulai Momoles Kinerja Keuangan
jpnn.com, JAKARTA - Langkah startup untuk fokus mencari laba dan meningkatkan skala dinilai tepat untuk meningkatkan efisiensi sekaligus mendorong kinerja keuangan. Startup perlu menghindari kasus WeWork dan belajar dari profesionalisme transisi kepemimpinan Alibaba.
Pengamat ekonomi digital Heru Sutadi menilai, sangat wajar manajemen startup mengincar laba tahun depan. Karena itu, langkah Bukalapak dan Tokopedia mengedepankan strategi inovasi agar menghasilkan profit, sudah sangat tepat.
“Sekarang semua unicorn arahnya mulai memoles kinerja keuangan, termasuk efisiensi. Tujuannya jelas, akan masuk ke bursa. Sehingga, istilah bakar duit dengan promo segala macam akan dikurangi agar tidak ada lagi pengeluaran besar-besaran dan di sisi lain pemasukan akan semakin besar,” ucap Heru dalam keterangannya, Rabu (27/11).
Startup di Indonesia perlu belajar dari kasus WeWork yang terus menerus membakar uang untuk promosi, sekitar US$2,8 miliar per tahun. Namun kinerjanya tak kunjung positif.
Kepada para investornya, pada kuartal III-2019, Wework mencatatkan kerugian USD 1,25 miliar atau setara Rp 17,5 triliun (unadjusted). Kerugian ini meningkat 150% dibandingkan periode yang sama tahun 2018 yang mencatatkan rugi USD 497 juta.
Untuk diketahui, Softbank mengambil kepemilikan mayoritas WeWork sebagai bagian dari kesepakatan untuk menyuntik modal USD 5 miliar ke perusahaan. Kebijakan tersebut diambil setelah WeWork urung melantai di bursa saham.
Kerugian WeWork berdampak buruk bagi SoftBank. Padahal, awal bulan ini mereka telah mengumumkan rugi USD 6,4 miliar. Angka tersebut merupakan kerugian terparah kuartalan yang dialami SoftBank.
Heru membeberkan, dari kejadian WeWork, ia melihat Softbank akan belajar banyak untuk pengelolaan startup yang mereka danai. Sehingga, akan ada evaluasi dan penekanan terhadap perusahaan yang didanai agar lebih efisien dan tidak bakar-bakar uang lagi.