HIPMI Tawar Kenaikan Tarif Listrik
Minta Hanya Berlaku untuk Industri BesarRabu, 23 Juli 2008 – 12:44 WIB
Pengusaha muda yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) tidak setuju dengan rencana PLN. Ketua umum HIPMI Erwin Aksa mengatakan, kalangan pengusaha memang maklum dengan kekalutan PLN. Apalagi, sejak kenaikan BBM Mei lalu, total lost dana PLN mencapai Rp 27 triliun. ‘’Tapi kalau kenaikan TDL sampai 80 persen, jelas kita tidak setuju,’’ terang Erwin.
Karena itu, sambung Erwin, kalangan pengusaha, baik yang tergabung dalam HIPMI maupun Kadin (Kamar Dagang dan Industri), saat ini intensif melakukan pembicaraan dengan PLN. ‘’Kita akan terus bertemu dan rapat dengan PLN,’’ tegasnya.
Soal Surat Keputusan Bersama (SKB) lima Menteri yang meminta agar industri mengalihkan jam kerja ke Hari Sabtu dan Minggu, Erwin berpendapat bukan solusi yang tepat. ‘’Pemerintah harusnya fokus ke konversi bahan bakar selain minyak. Misalnya, konversi ke batu bara,’’ tambah pria subur ini.
SKB lima menteri meminta kalangan pengusaha mengalihkan jam kerja ke hari libur Sabtu-Minggu mulai akhir Juli. Tapi, pengusaha minta mundur sampai akhir Agustus atau awal September. Memang, kata Erwin, pengusaha sudah setuju dengan SKB ini, namun masih banyak masalah, terutama di tingkat daerah yang harus diselesaikan. ‘’Selain itu, ketentuan pengalihan jam kerja seharusnya tidak menjadi permanen. Harus bersifat sementara,’’ pintanya.
Sementara, Franciscus Welirang, Vice President Director PT Indofood Sukses Makmur Tbk menambahkan, kebijakan kenaikan TDL tidak bisa diberlakukan
secepatnya. Menurut Franky, krisis listrik yang terjadi merupakan buntut dari ketiadaan strategi energi nasional pemerintah.