HNW: Merajut Kebersamaan dengan Memahami Sejarah Bangsa
Beberapa contoh diantaranya, seorang tokoh besar Islam di tanah Riau, Yang Dipertuan Besar Syarif Kasim Abdul Jalil Saifuddin atau Sultan Syarif Kasim II Sultan ke-12 Kesultanan Siak. Beliau merupakan seorang pendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Tidak lama setelah proklamasi, Sultan Syarif menyatakan Kesultanan Siak sebagai bagian wilayah Indonesia. Bukan hanya itu, sang Sultan juga menyumbang harta kekayaannya sejumlah 13 juta gulden (sekitar 1,4 Trilyun Rupiah) untuk pemerintah Republik.
"Dan masih banyak lagi seperti Syarif Abdul Hamid Alkadrie bergelar Sultan Hamid II dari Pontianak, perancang lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila. Lalu ada Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad al-Muthahar atau yang lebih dikenal dengan nama H. Mutahar, seorang pencipta lagu-lagu perjuangan, lalu sang pencetus mosi integral Muhammad Natsir," terangnya.
Intinya, lanjut HNW, jika antar elemen bangsa yang berbeda-beda saling memahami peran dan kiprah yang sama bagi berdirinya negara Indonesia, maka akan semakin kuat rajutan persatuan bangsa Indonesia, saat ini dan di masa depan.
"Untuk generasi muda Islam, saya berpesan agar meneladani tokoh-tokoh dan ulama-ulama Islam yang sangat besar perannya buat bangsa dan negara. Kalau mereka saja dengan situasi dan kondisi yang terbatas mampu berperan besar buat negara, apalagi generasi muda Islam sekarang yang didukung era modernisasi dengan berbagai kemudahan seperti teknologi dan sebagainya, semestinya perannya melebihi generasi terdahulu," tandasnya.(jpnn)