Hubungan Jokowi dan Mahfud MD Baik-Baik Saja, Tak Ada Dendam
jpnn.com, JAKARTA - Mahfud MD mengakui dia bukan satu-satunya orang yang menjadi 'korban dari pemberi harapan palsu' alias PHP dalam keputusan yang diambil Presiden Joko Widodo.
Diakuinya Presiden Jokowi juga bukan melakukan hal itu dengan sengaja. Tapi karena terdesak situasi.
Sejak awal, kata Mantan Ketua MK itu, Jokowi sudah memutuskan namanya sebagai pendamping dan mengenyampingkan sembilan nama lainnya. Tapi desakan koalisi membuat Jokowi, sapaan presiden, tak berkutik.
"Saya dipanggil ke istana, Pak Jokowi menjelaskan peristiwanya, dihadapkan pada situasi serba sulit. Clear, Pak Jokowi mengatakan sampai kemarin sore (Rabu, 8/8)) memang sudah saya perintahkan mengerucut Pak Mahfud," ujar Mahfud MD dalam Indonesia Lawyers Club (ILC) beberapa waktu lalu.
Tiba-tiba sore harinya (menjelang deklarasi-red) koalisi parpol datang dan mengajukan calon-calon sendiri yang berbeda.
Meskipun pilihan cawapres sebenarnya kepada Mahfud MD, tapi Jokowi mengaku tidak bisa menolak keinginan koalisi parpol. Apalagi posisi Jokowi yang bukan Ketua Partai.
"Saya enggak bisa kemudian menolak. Saya kan bukan ketua partai, sementara ini koalisi harus ditanda tangani," ujarnya menirukan apa yang disampaikan Jokowi.
Mahfud sendiri menyatakan jika, keputusan Jokowi tidak salah. Andai dirinya dihadapkan pada posisi tersebut, mungkin akan melakukan hal yang sama.