Hujan Abu, Dua Terminal Juanda Lumpuh
jpnn.com - SURABAYA – Abu vulkanik Gunung Kelud terbang hingga Surabaya. Seluruh wilayah Surabaya mengalami hujan abu. Hujan tersebut berimbas pada penerbangan di Bandar Udara Internasional Juanda. Bandara terbesar di wilayah Indonesia timur itu lumpuh. Hampir semua penerbangan dibatalkan karena faktor keamanan penerbangan.
Batalnya penerbangan itu tak hanya diberlakukan di terminal satu, tapi juga terminal dua yang kemarin (14/2) seharusnya menjadi hari pertama pembukaan. Terminal dua melayani rute internasional dan domestik sejumlah maskapai penerbangan. Salah satunya adalah Garuda Indonesia. Lokasi terminal dua berada di bandara lama Juanda.
Johnny Agung, salah seorang penumpang, menuturkan, dia seharusnya berangkat ke Jakarta pada pukul 06.00 dengan Citilink. Tiba di terminal satu pada pukul 04.30, dia langsung check in. Meski pada jam tersebut hujan abu mulai turun, petugas belum menyatakan ada penundaan penerbangan. “Masih on schedule, pak. Pesawat juga sudah datang,” kata Johnny menirukan perkataan petugas bandara kepada JPNN.com.
Sekitar setengah jam sebelum keberangkatan, petugas bandara mengumumkan bahwa penerbangan ditunda. Penerbangan akan dilanjutkan jika kondisi sudah membaik. Namun, hingga tiga jam kemudian, hujan abu masih terjadi. Bahkan di sejumlah kawasan Surabaya intensitasnya semakin naik. “Akhirnya semua penerbangan dibatalkan semuanya hari itu. Akibatnya saya tidak bisa ke Jakarta. Padahal seharusnya mau ketemu pacar di sana,” kata lelaki asal Jakarta itu.
Hal senada diungkapkan Hariatni Novitasari. Peneliti di salah satu lembaga penelitian di Surabaya itu batal naik pesawat di terminal dua. Seharusnya dia menumpang pesawat Garuda pukul 06.00. “Begitu kondisi memburuk, Garuda langsung membatalkan. Tidak perlu menunggu kondisi membaik. Saya langsung pulang,” kata perempuan yang tinggal di Sidoarjo ini.
Abu vulkanik kemarin menutupi sejumlah permukaan landasan penerbangan. Tak hanya itu, abu juga menutupi bagian atas pesawat. Jarak pandang gara-gara abu juga terbatas. Jika dilihat dari jauh, abu tersebut lebih mirip kabut. Tapi saat didatangi, mata mendadak kelilipan. (mas/jpnn)