Ibu Rumah Tangga Keluhkan Harga Daging Ayam
jpnn.com, CIANJUR - Harga ayam potong di sejumlah pasar tradisional Cianjur, Jawa Barat, mengalami kenaikan dari Rp 32.000 menjadi Rp 36.000 per kilogram. Akibatnya tingkat daya beli menurun, sehingga tidak jarang pedagang menjual ayam dengan harga modal.
"Agar tidak merugi, sejak dua hari terakhir, kami menjual ayam dengan harga modal dari agen karena takut ayam tidak terjual dan membusuk. Sekalipun di simpan dalam lemari pendingin harga akan jatuh," kata Andri Willy pedagang ayam di Pasar Induk Pasirhayam, Jumat (8/11).
Kembali naiknya harga ayam sejak satu pekan terakhir membuat pedagang sepi pembeli, bahkan tidak sedikit yang merugi karena bertahan dengan harga baru, sehingga ayam tidak laku dan disimpan dalam lemari pendingin, ketika keesokan hari dijual di bawah harga modal.
"Kami tidak mau ambil risiko, daging ayam segar akan berbeda dengan daging ayam dari dalam lemari pendingin. Jadi terpaksa harga modal tetap kami jual daripada merugi dan ayam tidak terjual," katanya.
Elan (31) pedagang ayam potong di Pasar Muka, Cianjur, mengatakan harga ayam potong mengalami kenaikan dari Rp 32.000 menjadi Rp 36.000 per kilogram, sedangkan harga normal Rp 30.000, kenaikan tersebut sudah terjadi sejak satu pekan terakhir, sedangkan harga dari agen Rp 28.000 per kilogram sedangan dalam keadaan hidup seharga Rp 23.000.
"Tingkat pembelian hingga saat ini, sedikit menurun. Pembeli yang datang mengeluh mahalnya harga ayam, meskipun yang datang sebagian besar pemilik warung dan rumah makan yang sudah jadi langanan," katanya.
Sama dengan pembeli, tutur dia, pedagang berharap harga daging ayam dapat kembali normal, agar daya beli masyarakat kembali tinggi dan pedagang tidak merugi karena barang tidak terjual akibat harga yang mahal.
Sementara ibu rumah tangga yang sedang berbelanja di Pasar Induk Pasirhayam, sebagian besar mengaku keberatan dengan harga daging ayam yang kembali mengalami kenaikan. Mereka berharap harga daging ayam tetap normal diangka Rp 30.000 per kilogram.