Ical Ketum Kembali Dinilai Lengkapi Kegagalan Golkar
jpnn.com - JAKARTA - Kepemimpinan Aburizal Bakrie (Ical) sebagai Ketua Umum Partai Golkar dinilai gagal. Oleh karena itu, apabila Ical terpilih lagi sebagai Ketum pada saat Musyawarah Nasional (Munas) ke IX Golkar dapat melengkapi kegagalan partai berlambang pohon beringin itu.
"Sulit membuat kesimpulan bahwa Golkar di bawah kepemimpinan Ical meraih sukses dan kegemilangan. Yang ada sebaliknya, perlahan Golkar kehilangan kewibawaan, gagal meraih simpati masyarakat, dan kini mulai terjebak pada pemenuhan kepentingan sesaat orang perorang. Dalam bahasa lain, jika Ical tetap maju dan akhirnya terpilih (sebagai Ketum lagi), itu melengkapi kegagalan berikutnya," kata Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti saat dihubungi Minggu (16/11).
Kegagalan berikutnya yang dimaksud Ray adalah menciptakan sebuah organisasi politik modern yang didasarkan kepada prestasi objektif para pengurusnya. Ray mengimbau agar kader Golkar bisa memperhatikan hal itu.
"Jika tak dicermati secara serius oleh orang-orang Golkar, tidak berlebihan jika dikhawatirkan Golkar akan tertinggal dari partai-partai lain yang hari demi hari terus memperbaiki mekanisme internalnya menuju partai yang lebih modern, rasional dan berprestasi," tuturnya.
Ray menyebut setidaknya ada tiga kegagalan Ical pada saat memimpin Golkar. Pertama, Ical gagal menjadikan Golkar berjaya dalam Pemilu Legislatif 2014 .
"Kali pertama dalam sejarah Golkar perolehan suara mereka begitu melorot dalam pemilu bahkan jauh di bawah perolehan suara pada masa-masa di mana penentangan atas Golkar begitu luas yakni pada pemilu 99," ucapnya.
Kegagalan Ical berikutnya sambung Ray, Golkar gagal mengusung calon presidennya sendiri pada saat Pilpres 2014.
"Akibat zigzag yang tidak terencana, Golkar gagal mengulang sukses yang selalu dominan dalam penentuan capres atau cawapres," ujarnya.