Ide Lola Amaria dari Tukang Pijat
JAKARTA - Lima tahun belakangan Lola Amaria bergelut di bidang produksi dan penyutradaraan film. Film panjang terakhirnya adalah Minggu Pagi di Victoria Park yang cukup sukses dengan berhasil meraih beberapa penghargaan di tanah air. Kini dia memproduksi dan menyutradarai film lagi. Idenya dari tukang pijat.
Film yang berjudul Negeri Tanpa Telinga itu akan tayang 14 Agustus. Ditemui di Hotel Cosmo Amarossa, Antasari, kemarin (18/7), Lola menceritakan bahwa perencanaan film tersebut dilakukan tiga tahun lalu.
Idenya muncul karena Lola punya tukang pijat langganan yang biasa dipanggil ke rumah. "Kalau lagi mijit kan biasanya suka ngobrol. Yang diobrolin sama tukang pijitnya adalah kebiasaan pelanggannya yang lain," ceritanya.
Dari situ dia mendapatkan ide, dikembangkan dengan kondisi politik di Indonesia. Setiap hari pemberitaan di televisi tidak pernah absen dari kasus korupsi. Jadilah dia membuat film satir tentang kondisi politik tanah air.
"Tujuan bikin film ini untuk menyentil. Menertawakan keadaan," kata dia. Tokoh utamanya pun dipilih tukang pijat langganan ketua partai. "Tukang pijat ini mendengar terlalu banyak sehingga malah mendatangkan bencana untuknya. Sampai-sampai dia mau telinganya budek aja," lanjutnya.
Setiap membuat film, Lola menegaskan tidak mau sembarangan. Hanya, tantangan sebagai produser dan sutradara tidaklah mudah. Dia sering terkendala dengan ketersediaan dana. Mau tidak mau produksi filmnya ditunda dulu.
Demikian halnya dengan film tersebut. "Dananya nggak ada. Makanya, meski perencanaannya sudah tiga tahun lalu, baru terealisasi sekarang," ungkapnya.
Selama menunggu dana, sudah banyak ide yang terkumpul di kepala Lola. "Ribuan ide rasanya," ucapnya.
Maka, ketika film ini benar-benar diproduksi, keluar semua ide dan energinya. "Meluap, semua apa yang sudah ada di kepala," sambungnya.
Lola mengaku telah melakukan riset sangat lama untuk membuat Negeri Tanpa Telinga. Terkait penayangan filmnya yang berdekatan dengan momen pilpres, dia mengatakan tidak disengaja.
"Itu blessing in disguise. Tidak direncanakan begitu, sebetulnya. Seperti yang saya bilang tadi, film ini baru digarap awal tahun karena dananya baru ada ketika itu," jawabnya. (jan/c10/nda)