Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

IDI: Stunting Dapat Mempengaruhi Kemajuan Bangsa

Minggu, 24 November 2019 – 22:40 WIB
IDI: Stunting Dapat Mempengaruhi Kemajuan Bangsa - JPNN.COM
Ketua Umum Pengurus Besar IDI Daeng M Faqih pada acara perayaan Hari Bakti Dokter Indonesia (HBDI) ke-111 dan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-69 IDI di area Parkir Selatan, GBK Senayan, Jakarta, Minggu (24/11). Foto: Dok. Humas IDI

Dokter sekaligus artis Reisa Broto Asmoro menjelaskan satu dari 3 anak di bawah 5 tahun (balita) mengalami stunting atau gagal tumbuh karena kurang protein atau kurang gizi. Data tahun 2018 menunjukkan balita stunting di Indonesia mencapai 30,8 persen. Balita yang memiliki badan sangat pendek sebanyak 11.5 persen dengan tinggi badan terendah 19 cm.

"Ini tidak dapat dianggap sepele. Betul-betul membutuhkan perhatian khusus. Kita semua perlu ikut serta dalam menurunkan angka stunting ini," ujarnya.

Sementara Head of KlikDokter Mia Argianti mengemukakan penyuluhan kesehatan reproduksi pada remaja sangat penting dalam mencegah stunting. Anak remaja menjadi pintu masuk dan ujung tombak perubahan paradigma kesehatan.

Pada masa remaja, pengetahuan tentang kesehatan penting untuk diketahui untuk menghindari hal-hal yang tidak dinginkan.

Salah satu pengetahuan kesehatan yang penting di usia remaja adalah kesehatan reproduksi karena dapat memicu terjadinya penyakit seksual menular, kehamilan di usia muda, dan kanker mulut rahim atau kanker serviks. KlikDokter sangat senang dapat bekerja sama dengan IDI karena penanggulangan masalah stunting, penyakit tidak menular, dan kesehatan reproduksi remaja dalam upaya mendukung pembangunan SDM yang sehat, produktif, dan berdaya saing, merupakan hal yang sangat penting.

“Pendekatan dengan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) yang baik dan tepat makin melekat di hati masyarakat, promosi dan prevensi dalam kesehatan makin berhasil sehingga di masa depan, Indonesia dapat mencapai generasi sehat," tutur Mia.

Untuk diketahui stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Dalam jangka panjang, stunting berdampak negatif untuk kecerdasan anak dan meningkatkan risiko anak untuk terkena penyakit tidak menular.

Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menempatkan Indonesia sebagai negara ketiga dengan angka prevalensi stunting tertinggi di Asia pada tahun 2017. Angkanya mencapai 36,4 persen. Namun, pada 2018, angkanya turun menjadi 27,67 persen. Angka ini masih tinggi karena harus berada di bawah ambang batas standar WHO yaitu 20 persen.(fri/jpnn)

Stunting adalah salah satu persoalan yang dihadapi bangsa ini. Makin banyak masyarakat yang terkena stunting akan mempengaruhi kemajuan bangsa.

Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News