Ikhlas Lepas Museum Seikhlas Lepas Kekasih Pergi
Langkah ekstrem pun diambilnya. Museum Seni Rudi Isbandi yang berisi ratusan karya elok itu akan dilepaskannya. Ikhlas. Sebagaimana melepas kepergian Sunarti di pangkuannya.
’’Saya mau jual saja. Enggak ada harga khusus. Bergantung yang menawar. Lukisan, termasuk rumah, saya jual,’’ kata pria yang kini hidup bersama anak keduanya, Dra Titik Ratih, di Bekasi tersebut.
Sembari bercerita, Rudi mengusap-usap karyanya yang terkenal, Pengadilan Pak Harto. Karya mixed-media itu konon pernah ditawar lebih dari Rp 1 miliar. Tapi, Rudi tidak mau melepaskannya.
Memang, sebagian orang mungkin berpikir bahwa sayang betul kalau museum dan seluruh isinya itu dijual. Tapi, pelukis yang pernah dibimbing Affandi, maestro seni lukis Indonesia, tersebut sudah membulatkan tekad. Hasrat untuk terus menjaga Museum Seni Rudi Isbandi yang dibuka pada 20 Desember 2009 itu sudah redup seiring kepergian Sunarti.
”Aduh, saya itu pikir saya yang mati duluan. Padahal, dia itu jernih banget, enggak sakit,” kata seniman penyuka pisang goreng tersebut. Memang, dalam perbincangan, sesekali dia menyinggung kembali momen lara saat istrinya menghadap Sang Pencipta.
Kini kediaman plus museum dalam bangunan dua lantai itu terasa berdebu dan tidak terurus. Buku-buku di dalam rak, meja, kursi, hingga lukisan tampak memudar disapu butiran debu. Yang tersisa hanyalah jajaran romantisme sejoli Rudi-Sunarti dalam bingkai foto.
Berbagai piagam penghargaan dan sekitar 300 lebih lukisan, karya seni instalasi, atau karya lain juga masih menjadi penanda jejak kebesaran karya Rudi.
Tapi, sorot mata Rudi benar-benar menampakkan keikhlasan melepas museum dan seluruh karya itu. Padahal, berdirinya museum tersebut diimpikannya sejak 55 tahun silam.