IMDS 2021, Berbagi Kiat Agar Layanan di Rumah Sakit Terhindar dari Serangan Siber
jpnn.com, JAKARTA - Country Director Fortinet Indonesia Edwin Lim menyoroti serangan siber pada sistem informasi layanan kesehatan dan rumah sakit, yang menjadi fenomena global, termasuk di Indonesia.
Riset yang dilakukan Fortinet menunjukkan sebanyak 88 persen layanan kesehatan serta rumah sakit mengalami serangan siber melalui email pada 2020.
Serangan yang bertujuan mengambil data itu dilakukan dalam berbagai metode mulai malware, spyware, ransomware, phising hingga injeksi SQL.
Hal itu disampaikan Edwin saat berbicara dalam pelatihan 'Hospital Cyber Security, Bagaimana Menjaga Keamanan Siber pada Rumah Sakit yang Sedang Berproses Menuju Digitalisasi'.
Pelatihan ini juga merupakan bagian dari rangkaian Indonesia Digital Medic Summit (IDMS) 2021, yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) serta PT Info Sarana Medika PERSI pada 15-31 Maret 2021.
Tingginya risiko serangan siber pada rumah sakit, menurut Edwin, dipicu semakin lazimnya digitalisasi di rumah sakit, yang ditandai dengan tingginya penggunaan Internet of Things (IoT) di tingkat global mencapai 87% serta kecenderungan menyimpan data di komputasi cloud.
Namun, kondisi itu belum dibarengi kematangan atau kesiapan menghadapi serangan siber yang akan merugikan rumah sakit, pasien bahkan bisa memicu gangguan dan penghentian operasi.
“Serangan ini terjadi di Eropa, Amerika Serikat dan Singapura pada 2018. Di Indonesia sempat masuk sebuah rumah sakit diserang menggunakan malware. Pada serangan malware, hacker masuk melalui email dan mengacaukan operasi rumah sakit. Pelaku meminta uang tebusan, namun tidak ada jaminan setelah dibayar data akan dikembalikan sepenuhnya,” kata Edwin.