Impor Beras
Oleh: Dahlan IskanPun harus dilihat bahwa di musim panen stok beras tidak hanya ada di gudang-gudang Bulog. Stok itu sebagian besar ada di rumah-rumah penduduk. Kecil-kecil tapi jumlahnya jutaan.
Di luar itu masih harus dilihat keadaan di pasar-pasar beras. Di sana bisa terlihat apakah ada stok beras yang di luar beras normal.
Saya sebut bukan beras normal karena memang ada sejumlah beras yang diimpor lewat jalur khusus: beras khusus.
Yang karena sifatnya khusus maka dianggap tidak akan mengganggu petani.
Beras khusus itu diasumsikan tidak menjadi saingan petani kita. Misalnya beras untuk memasak nasi briyani. Petani kita tidak menanam padi jenis itu –karena hanya orang Arab dan India yang memakannya.
Menarik juga untuk dilihat kenyataannya di pasar-pasar beras: apakah hanya beras India yang ada di situ. Atau ternyata ada juga beras-beras Vietnam, Thailand, dan Kamboja yang mendapat izin impor khusus.
Yang bisa saja diimpor dengan dalih sama: beras khusus. Misalnya khusus Vietnam atau khusus Thailand. Atau khusus karungnya berwarna partai.
Saya hanya bisa tersenyum ketika membaca penolakan Pak Buwas untuk impor satu juta ton beras sekarang ini. Rasanya para petani pun akan ikut tersenyum. (*)