INDEF Keliru, Indonesia Justru Jadi Negara Eksportir Beras
jpnn.com, JAKARTA - Indonesia maju selangkah jadi eksportir beras meski volumenya kecil setelah swasembada pangan.
Di samping itu, pasokan untuk konsumsi masyarakat di dalam negeri aman, tidak paceklik dan stok terjamin.
"Setelah tiga dekade kita ketergantungan impor beras, sekarang jadi eksportir. Ini luar biasa. Saya angkat topi atas hasil kinerja
Pemerintahan Presiden Jokowi-JK," ujar Oloan Mulia Siregar, pemerhati sektor pertanian, Minggu (20/10) di Jakarta.
Oloan dimintai komentar oleh awak media menanggapi pemberitaan JPNN (11/7) berjudul “Impor Beras Era Jokowi Tembus
Rp15,7 Triliun” dan pernyataan Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati bahwa ketergantungan impor di era pemerintahan Jokowi masih sangat tinggi, padahal anggaran program kedaulatan pangan sangat tinggi.
Sebelumnya, pernyataan ekonom senior Indef Bustanul Arifin mengatakan, impor beras era pemerintahan Jokowi tahun 2016 mencapai 1,2 juta ton dan Januari- Mei 2017 sebesar 94 ribu ton.
Oloan tidak sependapat dengan pernyataan kedua pakar tersebut. Sebab data BPS, beras impor 2016 yang 1,2 juta ton itu adalah sisa kontrak Bulog pada November 2015.
"Setahu saya cuma masuknya saja yang 2016. Tapi beras itu program impor 2015. Jadi impor beras konsumsi 2016 itu nihil," tambahnya.
Begitu juga yang disebut impor beras pada Januari- Mei 2017 sebesar 94 ribu ton. Itu beras menir, bukan untuk konsumsi manusia.