Indonesia Malah Bisa jadi Korban Poros Maritim
jpnn.com - JAKARTA - Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) memberi prioritas pada pengembangan infrastruktur dan konektifitas maritim, dengan membangun Tol Laut, deep seaport, logistik dan pariwisata maritim.
Namun sejauh ini, belum banyak mendengar seperti apa realisasi tol laut, apakah hanya pembangunan pelabuhan laut semata atau seperti apa yang diinginkan.
Hal itu dikatakan Direktur Archipelago Solidarity Foundation, Angelina Pattiasina saat berbicara dalam diskusi bertema "Menyingkap Kepentingan Asing pada Proyek Tol Laut", digelar Institut Ekonomi Politik Soekarno Hatta (IEPSH) di Jakarta, Rabu (18/12).
Menurut Angelina, sesungguhnya keliru kalau hendak mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim. Sebab, secara geograï¬s Indonesia memang sudah berada di tengah, karena terletak di antara dua benua dan dua samudera.
Di samping itu, Indonesia juga berbatasan Iangsung dengan 10 negara (Malaysia, Singapura, Filipina, India, Thailand, Vietnam, Republik Palau, Australia, Timor Leste, dan Papua Nugini) merupakan bukti kalau Indonesia berada di tengah dari Negara lain.
"Untuk itu, yang paling penting bukan bagaimana mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim, tetapi bagaimana Indonesia mengambil manfaat sebesar-besarnya dengan letaknya yang strategis Ini," tegasnya.
Dikatakannya, hal yang sangat mengkhawatirkan selama ini, bukan Indonesia yang mengambil manfaat dari posisi strategis itu, justru Indonesia dimanfaatkan Negara tetangga secara beramai-ramai.
"Jika ini tidak diubah, maka Indonesia bukan menjadi poros yang mensejahterakan, tetapi menjadi korban poros maritim," ujarnya.