Ingat, Dulu Ahok itu Bukan Siapa-siapa
jpnn.com - JAKARTA - Mundurnya Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama dari Gerindra ternyata semakin memunculkan kontroversi publik.
Pasalnya, apa yang dilakukan oleh pria yang akrab disapa Ahok ini justru bertentangan dengan gaya ketimuran, yang lebih mengedepankan etika sopan santun dalam berbicara dan bersikap.
“Ingat, dulu Ahok itu bukan siapa-siapa. Dia itu tak dikenal di DKI ini. Masyarakat justru tahunya Jokowi yang tampil dengan kesantunan yang sesuai dengan budaya di negeri ini. Karena berpasangan dengan Jokowi itulah Ahok justru ketimpa nasib untung,” kata pakar psikologi politik Universitas Indonesia Dewi Haroen, saat berbincang dengan INDOPOS (Grup JPNN) di Jakarta, kemarin (11/9).
Menurut Dewi, apa yang dipertontonkan oleh Ahok dengan gayanya yang arogansi dalam memimpin DKI dan lebih memilih mundur dari partainya yang telah membantunya duduk di kursi, akan kontraproduktif dalam perjalanan karir politiknya mendatang.
Dia pun menjelaskan bahwa Jokowi terpilih menjadi gubernur DKI dan juga terpilih menjadi presiden terpilih di Pilpres 2014 karena sikapnya yang kalem. Berbeda dengan yang diperilihatkan Ahok selama duduk di kursi DKI 2.
“Rakyat Indonesia lebih banyak yang memilih Jokowi, terutama kaum wanitanya, karena dipandang lembut dan cool sehingga dipandang akan lebih demokratis. Ahok lupa bahwa kekalahan seorang Prabowo di pilpres karena dipandang profil Prabowo keras dan cenderung kasar,” cetusnya.
Kemudian, ujar Dewi, rakyat Indonesia yang punya tata krama atau sopan santun tinggi juga tidak menyukai orang-orang yang tidak menghormati atasan atau orang yang lebih tua atau yang telah berjasa terhadapnya.
“Bagaimanapun rakyat Indonesia secara keseluruhan tidak akan menyukai suatu permasalahan disikapi secara ribut-ribut dan omongan yang keras dan kasar. Apalagi dengan nada suka mengancam,” imbuhnya. (dli)