Ingat, Jangan Saling Menghujat Karena Beda Pilihan!
jpnn.com - Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Masykurudin Hafidz mengatakan, masa tenang dalam pelaksanaan pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang dimulai Minggu (16/4), merupakan masa dimulainya kemandirian pemilih untuk menentukan pilihan.
"Setelah mendengar dan melihat gagasan pasangan calon pada masa kampanye, masa tenang adalah waktu di mana pemilih menentukan pilihan untuk hari pemungutan nanti," ujar Masykurudin di Jakarta, Minggu.
Menurut Masykurudin, karena masa kemandirian, maka selama masa tenang tidak boleh ada lagi praktik kampanye, baik yang terselubung maupun secara terang-terangan.
"Kini saatnya beralih fokus kepada persiapan pemungutan dan penghitungan suara. Periksa kembali kesiapan para saksi. Koordinasi intensif dengan penyelenggara pemilu juga dapat dilakukan lebih awal, agar terjamin komunikasi yang baik," ucap Masykurudin.
Sementara itu khusus bagi Bawaslu DKI Jakarta, Masykurudin menilai, tidak cukup hanya mengimbau pemilih merahasiakan pilihan nantinya. Tapi juga perlu meningkatkan kerja pengawasan, dengan terus turun bergerak dan berkeliling ke sudut-sudut Jakarta.
"Membuka mata lebih tajam dan bergerak langsung turun lapangan selama 24 jam lebih diutamakan, daripada melakukan seruan moral, " kata Masykurudin.
Demikian juga bagi masyarakat pemilih, kebebasan memilih dan kerahasiaan pilihan dapat diwujudkan dengan saling menghormati perbedaan pilihan masin-masing.
"Tidak ada hujatan, pelecehan dan ancaman satu sama lain karena pada pilkada, setiap suara bernilai sama. Kesetaraan nilai suara menunjukkan kesamaan derajat pemilih," pungkas Masykurudin.(gir/jpnn)