Ingat, Jangan Sampai Pelaku Bom Medan Mati di Tahanan
jpnn.com - JAKARTA - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menyatakan bahwa gerakan teroris di Indonesia terus berupaya mencari pelaku bom bunuh diri atau yang lebih sering disebut dengan istilah pengantin. Buktinya, pengantin yang biasanya dari wilayah Jawa, kali ini berasal dari Medan, Sumatera Utara.
Neta mengatakan hal itu terkait upaya percobaan bom bunuh diri yang gagal di Gereja Santo Yoseph, Medan, Minggu (28/8) oleh pelaku bernama Ivan Armadi Hasugian. Menurut Neta, teror di Medan itu membuktikan gerakan terorisme memperluas pengaruhnya.
Dari kasus Medan para teroris sepertinya ingin menunjukkan bahwa gerakan mereka tidak mati. "Malah bisa merekrut para ‘pengantin’ dari luar Jawa," kata Neta, Senin (29/8).
Untuk itu, Kata Neta, Polri perlu mengusut tuntas kasus bom Medan dan jaringannya. Dengan demikian kelompok mana yang sudah berhasil merekrut "pengantin" dari luar Jawa juga akan terungkap.
Selain itu Neta juga mewanti-wanti agar pelaku bom Medan yang gagal benar-benar dijaga. “Pelaku yang tertangkap perlu dijaga maksimal agar tetap hidup dan terhindari dari serangan orang lain maupun melakukan aksi bunuh diri di tahanan, untuk menutup jaringannya," katanya.
Namun, Neta juga memiliki kecurigaan tersendiri terkait meningkatnya gangguan keamanan dalam dua bulan ini, atau sejak Jenderal Tito Karnavian menjadi Kapolri. Mulai dari kerusuhan bernuansa SARA di Tanjungbalai di Sumatera Utara, Aceh, Tanah Karo, hingga perusakan Polres Meranti di Riau, pembakaran polsek di Jambi dan Papua serta upaya bom bunuh diri di Medan. Neta menduga bisa saja meningkatnya gangguan keamanan itu karena demi mengganggu Polri.
"Apa yang terjadi sesungguhnya? Apakah untuk menjatuhkan citra Polri atau untuk menjatuhkan kredibilitas Tito sebagai Kapolri," katanya.(boy/jpnn)