Ingatkan Aparat Pantau Pendukung Fanatik Capres
jpnn.com - JAKARTA - Tingkat dukungan kepada pasangan capres-cawapres di pemilu presiden (pilpres) kali ini dinilai sama kuat. Akibatnya, sebagian kalangan mulai mencemaskan potensi rusuh pasca-pemungutan suara jika pendukung fanatik salah satu kubu capres-cawapres yang tak bisa menerima kekalahan.
Karenanya, Ketua Himpunan Dosen Etika Seluruh Indonesia, Mikhael Dua mengingatkan aparat keamanan perlu mewaspadai para pendukung fanatik dari masing-masing pasangan. Menurutnya, pendukung fanatik bisa saja menumpahkan kekesalan akibat kekalahan.
"Biasanya yang tidak siap kalah adalah mereka yang berada di barisan pendukung. Kalau pemimpinnya justru siap terima kekalahan, tapi pendukungnya tidak," ujar Mikhael dalam diskusi 'Selamatkan Demokrasi Indonesia dengan Memilih Capres/Capres dari Sanubari yang Jernih' di Jakarta Pusat, Jumat, (4/6).
Mikhael mengatakan, Indonesia hanya akan tetap memilih satu presiden. Oleh karena itu, suka tidak suka, senang tidak senang publik harus setuju dengan hasil pemungutan suara pilpres.
Karenanya, para pendukung dari pasangan yang kalah juga harus menerima kekalahan dengan lapang dada. "Karena pemilihan itu untuk jadi presiden jadi siapapun yang akan kita pilih, kalau dia menang, dia jadi presiden untuk semua. Setiap orang harus belajar politik untuk terima kekalahan," tandas Mikhael.(flo/jpnn)