Ini Cara ERC Tepis Stigma Negatif tentang Kelompok Moge
jpnn.com - CITRA kelompok motor gede alias moge sempat tercoreng oleh beberapa perilaku mereka yang dianggap merugikan pengguna jalan lainnya. Kasus terakhir di Yogyakarta ketika rombongan moge dihadang pengendara sepeda gowes bahkan sempat menjadi isu nasional.
Namun, kelompok penggemar moge yang tergabung di Eagle Rider Community (ERC) ini berupaya menghapus stigma negatif tentang motor besar. Komunitas moge yang didirikan di Cikarang pada 2007 itu justru merasa disatukan karena hobi yang didasari rasa kekeluargaan dan keinginan saling membantu.
ERC sebagai komunitas moge tidak mengkhususkan pada merek. Ketentuannya hanya penggemar moge di atas 400 cc. “ERC ini tempat kami menyalurkan hobi sekaligus menjalin persahabatan dan kekeluargaan. Bukan hanya antara para anggota, juga keluarga anggota,” ujar pegiat ERC, Andy Gunawan di sela-sela acara family gathering ERC di Sangkan Hurip, Kuningan, Jawa Barat, Sabtu (19/9).
Pria yang lebih akrab disapa dengan panggilan Andy Gun itu menuturkan, ERC kini bermarkas di Kota Harapan Indah, Bekasi. Sudah ada 200-an anggota ERC yang berasal dari berbagai latar belakang. Mulai dari pegawai swasta, pengawai negeri sipil, polisi, tentara,pengusaha, dokter, pengacara, bahkan ustaz.
“Justru karena banyak perbedaan latar belakang anggota ini, ERC jadi menarik. Banyak cerita di antara kawan-kawan yang membuat suasana di ERC benar-benar seperti sebuah keluarga besar,” ucapnya.
Ia menambahkan, sudah banyak kegiatan sosial yang dilakukan oleh komunitas ini. Misalnya, donor darah, santunan ke panti asuhan yatim piatu dan fakir miskin, buka puasa bersama dan berbagai kegiatan sosial lainnya.
Sementara itu anggota ERC lainnya, Abu Albani menceritakan tentang rasa kekeluargaan di komunitasnya. ERC sangat welcome pada anggota baru. “Komunitas ini semakin hari semakin banyak anggotanya. Setiap anggota baru selalu langsung merasa tune in dengan ERC,” ujarnya.
Pria yang dikenal sebagai ahli pengobatan secara Islam seperti ruqyah dan bekam dan juga ilmu kesehatan Tiongkok itu merasa kerasan bersama ERC. Bahkan di sela-sela kegiatan tur ERC, ia selalu menyempatkan diri mempraktikkan ilmunya kepada masyarakat. “Anggota lain yang punya latar belakang berbeda juga melakukan hal yang sama,” ujarnya.